Kutukan Nikel : Sisi Gelap dibalik Megahnya Tambang

1

Makassar, Cakrawalaide.com – Motor berderet rapi di parkiran, didepan layar yang tersorot cahaya LCD proyektor kursi kursi telah tersusun. Orang-orang telah berdatangan mengisi satu persatu kursi yang telah disediakan.

Jam menunjukkan pukul 20.30 WITA. lampu dimatikan suasana riuh seketika menjadi hening, sorot cahaya dari LCD proyektor  semakin jelas menampilkan gambar bertulis, “Kutukan nikel”

Sabtu, 20/07/24 Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar mengadakan Nonton Bareng (Nobar) dan Diskusi dari film bertajuk Kutukan Nikel yang merupakan lanjutan film docu-series The Bloody Nickel yang rilis pada Februari 2024.

Sebuah film dokumenter yang Disutradarai Edy Purwanto dengan asisten sutradara Harry Maulana dan produser M. Sridipo dan Fandhi Bagus, film “Kutukan Nikel” atau Blody Nickel menyuguhkan tayangan selama 40 menit kerusakan yang diakibatkan oleh pertambangan di wilayah timur Indonesia.

Salah satunya segmen yang menyajikan  perjuangan para masyarakat adat Togutil Habeba di Halmahera, Maluku Utara, yang memasang spanduk menentang kehadiran PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP).  Dan ada juga potret yang  kejadiannya masih lekang dalam ingatan yakni ledakan tungku smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah, yang mengakibatkan puluhan pekerja meninggal.

Sesekali suara kendaraan lalu lalang di depan kantor LBH Makasar yang bertempat di jalan Nikel II, turut mewarnai suasana nonton bersama, semua masih tetap fokus menyaksikan setiap potret yang tersaji dalam alur film

40 menit beralalu ditandai oleh suara moderator yang memberi pengatar pertanda beralih ke agenda selanjutnya. Posisi duduknya berada diatara kedua narasumber, yakini Narasumber Dari Trend Asia dan LBH makassar

Diskusi diawali penyampaian Novia Indri dari Trend Asia bahwa dalam laporan terbaru dari BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan daerah-daerah dalam lingkaran tambang justru mengalami kenaikan angka kemiskinan. Sedangkan logika pemerintah intensitas menyediakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kesejahteraan. Namun fakta di lapangan angka kemiskinan semakin naik.

“Berarti ada yang aneh. dan luput diperhatikan dan dipertimbangkan yakni aspek lingkungan” ungkapnya,

Ia juga menambahkan bahwa investasi dan hilirisasi yang sering digaukan oleh pemerintah yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat perlu dipertanyakan, beberapa fakta di lapangan pemberlihatkan dampak dari aktivitas tambang nikel seperti di Sorowako, Morowali, Kendari, dan Bantaeng. Masyarakat mengalami kesulitan mengakses air bersih. Dan juga dari sisi kesehatan mengakibatkan batuk, pilek serta asma.

“Bukan hanya aspek ekonomi saja tetapi aspek  kesehatan, lingkungan, dan sosial perlu diperhatikan dan dalam lingkar tambang nikel pemerintah tidak memperhatikan itu,” tambahnya.

Haidir direktur LBH Makassar, menyoroti terkait tanggung jawab negara terhadap penjaminan hak – hak masyarakat adat. Harusnya negara hadir memberikan perlindungan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar disebutkan bahwa negara didirikan dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap seluruh rakyat Indonesia. Dari film memperlihatkan negara tidak hadir memberikan perlindungan dan bahkan melakukan kriminalisasi terhadap rakyat yang melakukan penolakan terhadap tambang.

“negara saat ini lebih memberi perlindungan kepada investor dari pada rakyatnya sendiri,” jelasnya.

Salah satu dari beberapa yang silih berganti megacungkan tangan untuk memberi pertanyaan atau memberi pandangan. Posisi duduknya berada didepan mengenakan kaos berwarna biru. Nibu turut memberikan pandanganya, bahwa masyarakat Indonesia  justru tercekik dengan adanya perusahaan tambang nikel yang merampas tanah mereka. Logika pemerintah penyediaan lapangan pekerjaan  hanyalah ditujukan kepada masyarakat yang memiliki skill atau kemampuan di bidang tersebut, sedangkan masyarakat yang hanya hidup dan bergantung pada tanah dan hutan akan merasakan penderitaan.

“Tambang nikel itu hanya untuk orang yang memiliki skill. sedangkan petani, nelayan, buruh kebun hanya akan kebagian kerusakan lingkungannya,” pungkasnya.

Malam semakin larut pukul 22.47 Wita kegiatan ditutup dengan penyerahan buku kepada penanya atau pun penanggap terbaik. Kantor LBH Makassar masih juga belum sepi beberapa masih terlihat berdiskusi dengan teman yang lainnya. Seakan tak ada habisnya membicarakan  bahwa nikel beralih menjadi sebuah kutukan.

 

Penulis     : Sultan Abdul Rejab Sotta 

Redaktur : Ilham Muzakir

 

1 thought on “Kutukan Nikel : Sisi Gelap dibalik Megahnya Tambang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *