20 Rumah Tergusur Akibat Abrasi di Sanrobone

0
Ilustrasi Abrasi di Sanrobone, Rabu(19/07) /Foto : Icha

Makassar, Cakrawalaide.com-Hari yang cerah di kota Takalar mendukung aksi Gerakan Masyarakat dan Mahasiswa Tolak Tambang Pasir, tepatnya pukul 13.33 Wita masyarakat Takalar dan mahsasiswamelakukan orasi sekitar 5 meter 7 meter dari jalan raya Takalar, tepat di Jl. Abd. Djalal Dg Leo No. 2 yang merupakan alamat kantor DPRD Takalar. Dengan dua buah toa berwarna merah dan putih yang masing-masing dipegang oleh sang orator, mahasiswa melantangkan suara penolakan terhadap tambang pasir laut yang terjadi di Galesong dan Sanrobone, kabupaten Takalar. Tak kalah dengan suara mahasiswa, seorang ibu pun memegang sebuah toa berwarna putih dengan suara tinggi meneriakkan kegaduhan akan tempat tinggal dan juga terhadap mata pencaharian suaminya yang semakin hari semakin sedikit pula tangkapan ikan yang diperoleh.

Berangkat dari kegelisahan mata pencaharian dan tempat tinggal, masyarakat Galesong-Sanrobone yang tergabung dalam aliansitersebut mendatangi kantor DPRD Takalar menuntut DPRD menyikapi persoalan ini dengan cepat, masyarakat Galesong- Sanrobone tidak setuju dengan pengerukan pasir laut yang dilakukan oleh PT Boskalis.

Dalam orasi seorang mahasiswa mendesak DPRD menemui rakyat untuk  bertanda tangan jika memang tak berselingkuh dengan pemodal, namun yang terlihat dari pintu DPRD di lantai II tampak puluhan polisi berjaga dan seorang yang tidak menyebutkan komisi di DPRD keluar menemui masyarakat dengan mengatakan bahwa dirinya secara pribadi menolak pertambangan pasir di tempatnya berdomisili. Namun sangat disayangkan, seorang anggota DPRD Takalar menemui dengan membawa nama diri, bukan instansi. Hingga membuat warga geram dengan sikap DPRD Takalar, mahasiswa yang mengancam akan menduduki  DPRD hingga tuntutannya terpenuhi dan yang terjadi adalah hingga tanggal 20 Juli 2017, mahasiswa tetap menduduki DPRD Takalar.

Di sisi lain, di balik warga melakukan demonstrasi di DPRD Takalar, kapal  penambang pasir terlihat braktifitas di laut dusun Parappa, desa Laguruda. Saat meninjau ke lokasi penambangan di kecamatan Sanrobone, rupanya warga sontak berseru jika kapalnya baru saja bergeser jauh dari rumah warga. Teman mahasiswa pun mengatakan, “video saja kalau kapalnya mendekat, pak !” warga yang diketahui identitasnya bernama daeng Serang tersebut menunjuk pantai disebelah kanannya sembari mengumbar kepada awak Cakrawala bahwa, “Tempat yang disana tersebut dulunya adalah pasir yang tinggi namun karena penambangan pasir ini, maka 20 rumah warga dipindahkan kebelakang sana..” saat ditanya kapan pindahnya, dia hanya mengatakan belum terlalu lama, baru saja dipindahkan. Ia juga bercerita bahwa sebenarnya masyarakat Sanrobonetidak tahu mengenai kapal yang telah lama berada di laut Sanrobone tersebut, mereka tampak aman saja melihat kapal tersebut beraktifitas. Hingga terhembus kabar dari Galesong bahwa kapal beroperasi di laut Galesong dan Sanrobone untuk penambangan pasir. Masyarakat sekitar kaget, “Tidak pernah ada sosialisasi dari kepala dusunapalagi kepala desa,” ujar salah seorang warga bernama daeng Siantang,  Rabu(19/07).

Masyarakat Sanrobone juga berbicara lepas dengan awak Cakrawala mengatakan jika kapal beroperasi telah lama dan baru disadari sekarang setelah kabar dari Galesong tersebut. Seorang ibu yang menggendong anak kecil dipelukannya juga berbicara mengenai malam hari, “Punnabanngi naiki’ silonnalampunnariballaka’ (Red : Jika malam hari lampu dari kapal tersebut tampak silau ke dalam rumah), ia juga berujar kalimat yang sama dengan daeng Serang dan daeng Siantang bahwa kapal tersebut beroperasi sebelum rumallang, yang mana kata rumallang artinya bulan suci ramadhan.  Ketika ditanya bulan berapa ? ia berupaya mencocokkan jawaban dengan awak Cakrawala bahwa, “Bulan ramadhan kan pertengahan bulan mei ya ? jadi sekitarpertenghan bulan Mei kapal tersebut telah beroperasi,” yakinnya.

Penulis : Icha

Red   : Nursaid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *