Diskusi GRAMT di UMI : Hilangnya Suara Mahasiswa Dalam Konflik Agraria

0

Makassar CakrawalaIDE.com Menuju peringatan Hari Tani Nasional sejumlah mahasiswa menghadiri diskusi yang diadakan oleh Gerakan Rakyat Anti Monopoli Tanah (GRAMT) dengan tajuk “Peran Mahasiswa Dalam Konflik Agraria. Relevankah?”. Di Taman Firdaus Universitas Muslim Indonesia, Senin (22/9/2025).

Desy salah satu perwakilan dari Solidaritas Perempuan Anging Mammiri (SPAM) menerangkan, jika membahas terkait konflik agraria khususnya di Sulawesi Selatan terlalu banyak konflik yang terjadi. Di sisi lain, peranan mahasiswa dalam hal tersebut secara tidak langsung seolah-olah sedang dipisahkan oleh  negara dari esensi mahasiswa yang sebenarnya dengan cara disibukkan dengan urusan akademik, dan berbagai kurikulum guna mengejar gelar studi yang tidak ada habis-habisnya.

“Kita mahasiswa cukup disibukkan dengan nilai-nilai akademik sehingga yang dibahas di dalam kampus itu tidak cukup membahas soal isu sosial,” tutur Desy.

Selaras dengan itu Putra menegaskan agar para mahasiswa tidak merasa sebagai pihak yang lebih spesial ketimbang yang lain, segala ilmu pengetahuan yang didapatkan dari bangku kuliah tidak hanya sampai di tataran kelas ataupun hanya menjadi obrolan yang kosong tanpa tindak lanjut, seyogyanya ilmu tersebut digunakan untuk melebur ke dalam masyarakat.

“Agar mahasiswa tidak terlalu melangit dengan bacaan kritis yang diperoleh, namun harus juga mempunyai kemampuan tentang bagaimana membangun kedekatan secara emosional dengan rakyat melalui cara memahami situasi dan kondisi sosial kehidupan mereka,” ucapnya.

Putra menambahkan sebagai mahasiswa yang mempunyai kesadaran akan situasi dialami warga terutama dalam persoalan konflik agraria karena mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mempelajari teori dalam kelas namun juga mengimplementasikan dalam memperjuangkan hak masyarakat.

“Jadi mahasiswa dalam hal ini selain dituntut juga untuk mampu punya pengetahuan secara kritis tapi juga dibentuk untuk punya pengalaman organik dari prosesnya,” lanjutnya.

Ini bukan lagi waktunya untuk mahasiswa mengagungkan tentang Sejarah Gerakan Mahasiswa, namun seharusnya turun dan menemani warga dalam konflik-konflik sosial serta memberikan masukan ide dan metode perjuangan yang bisa dilakukan bersama warga yang terdampak.

“Teman-teman mahasiswa yang ku pahami ya penggerak itu datangnya dari mahasiswa bersama dengan warga yang terdampak, bersama dengan buruh yang terdampak dan sebagainya,” ungkap Ida selaku pembicara dari LBH makassar.

Penulis: Nuraisyah 

Redaktur: Sudirman Rasyid

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *