Antara Harapan dan Kenyataan, Akreditasi Internasional Agroteknologi FP UMI
Makassar Cakrawalaide.com – Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia (UMI) saat ini tengah berbangga dengan status akreditasi “unggul”, dan lebih jauh lagi, mengejar akreditasi internasional. Namun, realitas yang saya lihat sebagai mahasiswa sangat berbeda dari klaim ambisius tersebut. Akreditasi unggul memang terdengar hebat, tetapi dibalik itu semua, terdapat jurang besar antara ekspektasi dan kenyataan. Dalam opini ini, saya akan mencoba melihat terkait berbagai aspek fundamental yang menghalangi FP UMI untuk benar-benar layak mendapatkan akreditasi internasional. Ini bukan sekadar kritik ini adalah panggilan untuk bertindak.
Kurikulum Belum Berstandar Internasional
Salah satu syarat utama untuk meraih akreditasi internasional adalah memiliki kurikulum yang memenuhi standar global. Sayangnya, kurikulum yang diterapkan di Agroteknologi FP UMI masih jauh dari standar internasional. Kurikulum saat ini masih berpusat pada teori-teori lama dan minimnya relevansi dengan perkembangan pertanian modern yang sudah banyak mengadopsi teknologi. Jika kita membandingkan dengan universitas luar negeri yang telah diakui secara internasional, perbedaan ini sangat mencolok. Mereka telah mengintegrasikan berbagai aspek teknologi digital dalam pertanian, pertanian berkelanjutan, serta isu-isu global yang relevan dengan krisis iklim.
Namun di FP UMI, elemen-elemen global ini masih diabaikan, bahkan tidak ada dorongan signifikan untuk mengadopsinya. Pengajaran di kelas lebih banyak bersifat pasif, tanpa adanya ruang diskusi yang kritis, apalagi menyiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan global dalam bidang pertanian. Ini merupakan salah satu tanda serius bahwa kurikulum yang ada sangatlah lokal, sempit, dan jauh dari memenuhi standar akreditasi internasional.
Fasilitas dan Infrastruktur Jauh dari Memadai
Akreditasi internasional juga menuntut fasilitas dan infrastruktur yang memadai, namun disinilah letak salah satu kegagalan terbesar FP UMI. Sebagai mahasiswa, saya merasa tidak pernah benar-benar mendapatkan akses ke laboratorium yang sesuai standar. Laboratorium yang ada sangat terbatas, dan peralatan yang disediakan sering kali sudah ketinggalan zaman. Padahal, untuk menghasilkan riset yang berkelas internasional, kita membutuhkan laboratorium yang lengkap dan peralatan modern yang mendukung eksperimen kompleks.
Lahan praktek yang disediakan juga jauh dari cukup. Bahkan, ketika mahasiswa seharusnya mendapat lebih banyak pengalaman langsung dalam pengolahan lahan dan penggunaan teknologi pertanian, kenyataannya yang terjadi lebih banyak praktek yang hanya bersifat formalitas dan dangkal. Praktek langsung di lahan seharusnya menjadi bagian integral dari pembelajaran, namun di FP UMI, mahasiswa kerap kali hanya mendapat sedikit kesempatan untuk terjun ke lapangan.
Ini bukan sekadar kekurangan kecil ini adalah kegagalan besar. Tanpa fasilitas yang memadai, universitas ini tidak akan pernah bisa bersaing di tingkat internasional. Fasilitas pendukung lainnya, seperti perpustakaan digital dan akses ke jurnal internasional, juga sangat terbatas. Di zaman digital ini, kebutuhan akan akses ke sumber-sumber ilmiah global sudah menjadi keharusan, namun di FP UMI, ini masih menjadi kemewahan yang sulit dijangkau.
Publikasi Ilmiah Jauh dari Kualitas Top Review
Salah satu indikator utama dalam penilaian akreditasi internasional adalah kualitas dan kuantitas publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh dosen dan mahasiswa. Sayangnya, di FP UMI, publikasi ilmiah yang dihasilkan jauh dari standar internasional. Jumlahnya sangat sedikit, dan kualitasnya pun sering kali tidak cukup baik untuk diterbitkan di jurnal-jurnal yang bereputasi tinggi. Ini adalah salah satu kegagalan terbesar dalam upaya mencapai akreditasi internasional.
Jurnal-jurnal yang diterbitkan oleh kampus lebih banyak bersifat lokal dan tidak memberikan dampak signifikan dalam dunia akademik global. Padahal, untuk mencapai akreditasi internasional, universitas harus mampu memproduksi penelitian yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga relevan dan diakui di tingkat internasional. Tanpa publikasi yang kuat, FP UMI akan terus berada di pinggiran dunia akademik global, terjebak dalam stagnasi intelektual.
Kurikulum dan Kolaborasi Internasional Nyaris Tidak Ada
Selain kurikulum, universitas yang ingin mendapatkan akreditasi internasional juga harus menunjukkan adanya kolaborasi global. Ini bisa berupa program pertukaran mahasiswa, dosen tamu dari universitas top dunia, atau riset bersama dengan institusi internasional. Di FP UMI, kolaborasi semacam ini hampir tidak pernah terjadi. Tidak ada pertukaran mahasiswa dengan universitas internasional, dan hampir tidak ada dosen tamu yang diundang untuk memberikan perspektif global kepada mahasiswa.
Padahal, di era globalisasi ini, kolaborasi internasional bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Universitas yang ingin diakui di tingkat internasional harus memiliki jejaring yang kuat dengan institusi global. Tanpa itu, FP UMI hanya akan terus terisolasi dalam lingkungan akademik yang sempit, yang tidak memberikan manfaat apa pun bagi mahasiswa atau reputasi institusi itu sendiri.
Persyaratan Akreditasi Internasional yang Belum Dipenuhi
Berbicara mengenai akreditasi internasional, kita harus menyadari bahwa ini bukanlah sebuah pencapaian yang bisa didapatkan hanya dengan label “unggul” pada tingkat lokal. Untuk mencapai akreditasi internasional, ada serangkaian persyaratan ketat yang harus dipenuhi, dan sayangnya, FP UMI masih sangat jauh dari itu.
- Kurikulum Berstandar Internasional
Kurikulum harus mampu mencerminkan perkembangan terkini dalam teknologi pertanian global, manajemen lahan yang berkelanjutan, serta isu-isu global seperti krisis iklim. Di FP UMI, kurikulum yang ada masih sangat lokal dan tidak mencerminkan kebutuhan pertanian modern.
- Fasilitas dan Infrastruktur
Universitas harus memiliki laboratorium yang modern, fasilitas pembelajaran yang memadai, serta akses ke sumber daya digital dan jurnal internasional. Di FP UMI, fasilitas laboratorium dan lahan praktek sangat minim dan tidak mendukung proses pembelajaran yang mendalam.
- Publikasi dan Riset Ilmiah
Universitas harus mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas tinggi dan dipublikasikan di jurnal bereputasi internasional. Di FP UMI, publikasi ilmiah yang ada tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai top review, sehingga reputasi akademiknya tertinggal jauh.
- Kolaborasi Internasional
Salah satu syarat utama akreditasi internasional adalah adanya kerja sama dengan institusi global, baik dalam bentuk pertukaran mahasiswa, dosen tamu, maupun riset bersama. Di FP UMI, kolaborasi ini hampir tidak pernah terjadi, menunjukkan isolasi akademik yang berbahaya.
Waktunya Bertindak Nyata
Dari analisis ini, kita bisa melihat dengan jelas bahwa FP UMI belum siap untuk meraih akreditasi internasional. Label “unggul” di tingkat nasional bukanlah jaminan bahwa kita siap bersaing di tingkat global. Diperlukan reformasi besar besaran dalam segala aspek mulai dari kurikulum, fasilitas, publikasi ilmiah, hingga kolaborasi internasional untuk benar-benar bisa mencapai standar internasional.
Jika kita terus berpura-pura bahwa kita sudah unggul, tanpa memperbaiki kelemahan mendasar ini, maka akreditasi internasional hanya akan menjadi angan angan yang tak pernah terwujud. Ini adalah saatnya bagi FP UMI untuk menghadapi kenyataan dan bertindak nyata. Jika tidak, kita akan terus terjebak dalam ilusi, puas dengan label tanpa substansi, dan gagal mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan pertanian global yang semakin kompleks.
Untuk mahasiswa, dosen, dan seluruh pemangku kepentingan di FP UMI, kritik ini adalah panggilan untuk bangun dan bergerak. Jika kita benar-benar peduli dengan masa depan pertanian di Indonesia dan peran kita di panggung global, kita harus mengakui bahwa perubahan besar-besaran sangat dibutuhkan. Sudah saatnya kita beralih dari angan-angan ke tindakan nyata.
Perubahan ini tidak bisa ditunda lagi. Fasilitas modern, peningkatan kualitas
kurikulum, dorongan untuk riset ilmiah, dan kolaborasi internasional adalah empat pilar yang harus segera dibangun. Tanpa ini, akreditasi internasional akan tetap menjadi “akan” yang tak pernah terwujud, dan
generasi lulusan yang kita hasilkan akan terus
terperangkap dalam sistem yang tidak menyiapkan mereka untuk masa depan.
Jadi, mari berhenti bermimpi dan mulai bertindak. Sebuah pendidikan unggul bukan hanya tentang klaim, tetapi tentang memberikan mahasiswa kita kesempatan terbaik untuk sukses di dunia yang nyata.
‘
Penulis : Mahasiswa Pertanian UMI
Redaktur : Nauval Al – Hikam Ahmad
0frlc0
lsuxxu
I used to be happily married until my husband started cheating on me with another lady. I suspected this was going on as I could pick up the signs. This made me employ the services of a hacker to get me the proofs I needed so I could confront him. It was worth it. You can reach the hacker via (hack4net8@gmail .com)
Kent casino Скачать на Андроид. https://www.pgyer.com/apk/apk/com.kent.c115546