Kawal Sidang Kesimpulan, ABB Pertanyakan Legal Standing Itje Sebagai Penggugat

Makassar, cakrawalaIDE.com Terik mentari yang menyinari Kota Makassar tidak memadamkan semangat  sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Bara-Baraya Bersatu (ABB) untuk tetap berunjuk rasa dalam mengawal sidang kesimpulan sengketa lahan yang lebih delapan tahun telah bergulir, yang berlangsung di Pengadilan Negeri Makasssar, dan di bawah Fly Over Jl. Urip Sumoharjo, Pada Kamis 07/08/2025.

Dikutip dalam selebaran, dari berbagai upaya yang dilakukan warga Bara-Baraya membuktikan di hadapan hakim melalui bukti dan kesaksian untuk menegaskan bahwa eksekusi tanah dan rumah warga Bara-Baraya tidak dapat dibenarkan secara hukum. Itje Siti Aisyah bukanlah pihak yang bersengketa dalam perkara awal Bara-Baraya dan bukanlah keturunan langsung atau ahli waris yang sah dari Nurdin Dg. Nombong.

“Itje Siti Aisyah tidak memiliki hak dan alasan yang sah secara hukum untuk mengajukan permohonan eksekusi dan menyatakan permohonan eksekusi ini tidak mengikat secara hukum,” tertulis dalam selebaran.

Andarias selaku warga Bara-Baraya mengungkapkan bahwa, proses peradilan perlu terarah pada kesimpulan dan putusan yang harus menerima gugatan warga bara-baraya terhadap legal standing Itje siti Aisyah selaku ahli waris pengganti, dikarenakan bukti-bukti serta fakta persidangan menyatakan bahwa Itje Siti Aisyah tidak memiliki keterlibatan dalam perkara ini.

“Itje sendiri mengaku bahwa dia memang tidak pernah terlibat dalam perkara bara-barayya,” ungkap Andarias.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa tanda tangan yang tertera pada surat kuasa itu berbeda dengan tanda tangan asli Itje Siti Aisyah yang dimiliki dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai identitas pribadinya. Maka dari itu menurutnya Hakim harus memutuskan perkara yang seadil-adilnya.

“Legal standing Itje atau kedudukan hukum Itje itu sama sekali tidak benar,” lanjutnya.

Pada pembacaan ringkasan yang berlangsung di depan PN Makassar, atas kesimpulan dalam sidang melawan eksekusi dan bayang-bayang mafia tanah, warga menyadari dalam mempertahankan sesuatu yang menjadi haknya terdapat kesenjangan yang lahir dari sistem yang menghendaki penindasan.

“Sistem itu memisahkan antara si kaya dan si miskin. Mafia tanah yang serakah, dan warga bara-barayya yang tak akan menyerah pada mereka,” baca salah satu warga.

Dari pembacaan surat kesimpulan warga menyatakan, dengan itulah hukum negara diuji apakah masih bisa dipercaya atau tidak lagi. Di mana hukum dapat dimanipulasi sehingga membuat kaum miskin tak berdaya. Karena pada prakteknya Mafia Tanah menjadikan  hukum seperti prioritas yang diperjualbelikan.

“Mafia tanah memanipulasi hukum dan bekerjasama dengan institusi negara yang justru tidak berguna pada rakyat,” ucapnya.

Satu di antara massa aksi, Lusia. Mengemukakan harapan terhadap segala perjuangan warga selama ini semoga mendapatkan kejelasan, titik terang dari bayang-bayang penggusuran selama ini menghantui warga bara-baraya.

“Kalau saya sih mudah-mudahan sukses dan berhasil,” ujar Lusia.

Tidak hanya itu, Lusia juga menuturkan dia masih belum tau mengenai hasil ke depan soal kalah dan menangnya.

“Mungkin nanti aksi yang berikutnya baru kita tau.” Tutupnya.

Penulis: Qhaerunnisa

Redaktur: Sudirman Rasyid