Luka itu sudah lama,

Namun tidak dengan melupakan bekasnya.

Nyala api mulai meredup,

namun tidak dengan kata padam.

Semua masa ada orang nya,

maka ini adalah masa kalian.

 

Wahai para mahasiswa baru,

apakah kalian sudah menganal aku?

Wahai para mahasiswa baru,

apakah kalian pernah mendengar tentangku?

Wahai para mahasiswa baru,

apakah kalian sudah pernah mengenang aku?

 

Jika belum, tanyakan kepada senior kalian.

Jika belum, cari taulah di sosial media kalian.

Jika belum, maka dengar kan lah aku.

 

Wahai para senior kampus,

apakah kalian masih mengenal aku?

Wahai para senior kampus,

apakah kalian masih membahas tentangku?

Wahai para senior kampus,

apakah kalian memang sudah melupakan aku?

Sudah lama aku berlalu

meninggalkan sebuah luka yang mendalam bagi keluarga korban,

menjadi hantu yang bergentayangan di tongkrongan diskusi,

menjadi sejarah bagi pergerakan mahasiswa makassar.

 

Jalanan aku tutup,

mobil damri aku bakar,

hingga mobil sampah menjadi benteng tameng penghalang.

Nyala api menjadi penyemangat,

tangan kiri menjadi simbol perlawanan.

 

Aku memprotes kebijakan kenaikan harga transportasi yg di keluarkan pemerintah,

aku ingin berdiskusi bersama mereka sang pemangku kebijakan.

Namun suara suara aku tak kunjung juga di dengarkan,

mereka seakan tuli tak mendengarkan,

mereka seakan buta tak melihat,

dan itu semua akal busuk dari mereka.

 

Aku adalah tragedi, di mana senior senior kalian

banyak yang terluka dan ada juga yg mati.

Dikejar, ditangkap, dipukul, ditelanjangi, disiksa, bahkan ditembakkan gas air mata.

Pembantaian tiga mahasiswa dalam waktu dua hari,

mati dalam keadaan tragis, mengapung di kanal pampang.

 

Penulis: Hardiansyah Al-Fathul

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *