Makassar Tidak Aman, Tanggung Jawab Kita Bersama
*Oleh Suci Wahyuningsih
Setelah membaca situs-situs online mengenai tagline #MakassarTidakAman, penulis sebagai warga Makassar turut cemas dan merasa terancam dengan adanya sekumpulan anak muda dibawah umur yang berkelompok dengan tujuan tertentu.
Tercatat hampir setiap hari di semua media cetak dan elektronik membicarakan aksi sekumpulan anak muda ini dengan kasus yang berbeda-beda. Gank Motor, Premanisme, Perang Antar Kelompok pun makin brutal setiap harinya.
Warga lainnya termasuk penulis mengeluhkan keadaan di Makassar ini, telah di hantui perasaan takut untuk keluar rumah. Walaupun aparat kepolisian dan TNI turun tangan untuk siap siaga menjaga keamanan kota Makassar, saya rasa itu tidak cukup untuk menjamin keamanan kita dalam menyikapi gerombolan anak muda yang makin hari makin bertambah. Mungkin kita juga harus membekali diri kita dengan benda tajam seperti badik atau parang, kalau di tanya sama polisi yaa saya jawab, saya tidak mau menjadi korban selanjutnya, lebih baik saya membawa senjata tajam untuk jaga diri. Apalagi untuk wanita seperti saya yang baru mengenal Makassar 2th terakhir ini.
“Motif aksi anarkis geng motor itu masih sebatas kenakalan remaja. Belum ada yang lain kami temukan soal motif dibalik itu semua.” Kombes Polisi Fery Abraham (regional.kompas.com). Segerombolan anak muda ini makin membuat penulis sedikit bingung, mereka tidak mempunyai motif apapun untuk melakukan hal yang tidak wajar di usianya. Apa mungkin kelalaian orang tua dalam mendidik anaknya?? Lingkungan sekolah yang membuat mereka bersatu untuk tujuan yang buruk?? Atau keadaan mereka yang tidak menempuh pendidikan memaksa mereka untuk berbuat kejahatan??
Cukup memprihatinkan melihat kalangan remaja saat ini sudah membentuk pribadi yang seharusnya tidak ada dalam dirinya di usia yang masih sangat muda. Sang pendidik/Orang tua harus mendirikan kepribadian yang baik agar si anak tidak mudah runtuh dengan pengaruh lingkungan, oleh karna itu orang tua harus lebih mementingkan pendidikan anaknya daripada kesibukan lain.
Pergaulan di lingkungan sekolah juga tidak selamanya positif, bisa membawa hal negative yang mempengaruhi perilakunya sedikit demi sedikit berubah. Dengan banyak teman, yang dikhawatirkan adalah banyak provokasi yang didengarnya yang dapat membawanya kedalam dunia gelap. Perkumpulan yang mereka lakukan bukan seperti anak seusianya, mereka seperti Psikopat yang berharap keinginannya harus terwujud, seperti membunuh dan membuat onar.
Salah satu asset Indonesia yang berharga adalah Anak Jalanan, dengan kehidupannya yang keras tidak membuat kita heran jika perilakunya berbeda dari anak seusianya. Sebagian orang menganggap Anak Jalanan itu meresahkan, tapi mereka berbuat seperti itu hanya untuk melangsungkan hidup, bukan untuk membahayakan sekitarnya. Mungkin mereka lelah melalui kehidupannya yang keras dan timbul perasaan iri terhadap anak lain sebayanya. Membuat mereka melakukan hal yang merugikan orang lain.
Jika kejadian seperti ini terus terjadi, bagaimana wajah Indonesia kedepannya. Sebuah kota yang dikenal kreatif tetapi mempunyai generasi muda yang bersifat buruk. Hal ini harus diselesaikan bersama, bukan lagi waktunya saling menyalahkan, adanya kesadaran diri dari setiap individu untuk mengubah kondisi kota Makassar saat ini. Hal sederhana bisa kita mulai dari memperhatikan lingkungan sekitar, peduli terhadap pendidikan anak sekolah dan merangkul setiap kalangan . Jika kalian berani merampas nyawa orang lain, kalian juga harus siap untuk melambaikan tangan kepada orang tua kalian dan tanamlah rasa kasih sayang terhadap sesama.
*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Komunikasi UMI, dia juga pernah menjadi penyiar di salah satu radio.