Nestapa Dibalik Naiknya BBM
Penulis: Nurul Waqiah Mustaming
Makassar, Cakrawalaide.com – Ia tengah memarkir becak motornya di bahu jalan, kemudian menyandarkan badannya diatas becak motor dengan posisi kaki ditekuk. Beberapa kali ia menggerakkan badannya mencari posisi ternyaman untuk merebahkan badan. Usianya tak muda lagi ia bahkan tak ingat berapa usianya sekarang. Rautnya tergores kelelahan. Tiada terburu-buru ia mengeluarkan suara. Bising kendaraan dan lantunan adzan solat isya memecah heningnya malam.
Ia adalah Dadi, seorang yang berprofesi sebagai Ojek becak motor. Ia bercerita bahwa hari ini sangat sepi dengan penumpang, sedari pagi sampai malam ia hanya mendapatkan dua orang penumpang saja “Anak sekolah ji saya antar tadi siang sepi sekali hari ini,” katanya, dalam logak Makassar. Suaranya terbata-bata untuk keluar, tatapannya lurus kedepan. Bagi Dadi, kenaikan harga BBM yang resmi di umumkan hari ini akan semakin berdampak pada dirinya dan membuat dirinya semakin susah. “Saya tau kalau BBM naik tadi siang jam dua. Sudah setengah mati kita ini apalagi kalau naikmi,” keluhnya.
Dadi hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan sebagi becak motor (Bentor) tak ada pekerjaan lainnya sebagai sumber penghidupan, tarif yang ia kenakan sebesar 10 ribu rupiah. Sehingga menurutnya kenaikan BBM ini akan semakin menyulitkan pekerjaanya dan mengeluarkan uang lebih untuk pembelian BBM. “Pemerintah nakasi naik BBM tambah nakasi susah masyarakat apalagi kalau naik bahan pokok tambah susah masyarakat apalagi seperti saya ini,” ujarnya sambil memperbaiki topi yang melekat di kepalanya.
Malam minggu kali ini, nampaknya berbeda dari malam biasanya, deretan kendaraan terlihat memenuhi jalan Urip Sumohardjo, kemacetan pun tak terelakkan memanjang sejauh mata memandang. Bising klakson kendaraan silih berganti bersahutan. Spanduk dibentangkan menutupi jalan, hanya ada ruang yang disisakan untuk satu kendaraan yang lewat.
“Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) naik, rakyat kecil menjerit,” teriak Nuga (bukan nama sebenarnya yang merupakan salah satu massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UMI.
Sambil memegang toa ia meneriakkan bahwa langkah yang diambil oleh pemerintah dengan menaikkan harga BBM adalah bentuk ketidakpedulian pemerintah kepada rakyatnya.
“Jika BBM naik, bahan pokok tentu akan ikut naik, pemerintah tidak memikirkan rakyat kecil yang tentunya akan merasakan dampaknya,” teriaknya.
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi mahasiswa UMI sejak pukul 20.00 Wita melakukan aksi unjuk rasa di depan kampus II Universitas Muslim Indonesia, aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan yang sewenang-wenang dikeluarkan oleh pemerintah yakni dengan menaikkan harga BBM. Aksi tersebut diikuti sekitar 30 orang massa. Spanduk utama yang dibentangkan bertuliskan “Lawan Penindasan, Tolak Kenaikan BBM” Aksi bakar ban turut mewarnai aksi pada malam hari itu.
Sejak pukul 14.00 Wita 03 September 2022, Pemerintah resmi mengumumkan kenaikan BMM mulai dari harga pertalite, solar, dan pertamax. Yang semula harga pertalite Rp. 7.650 perliter menjadi Rp. 10.000 per liter, harga solar subsidi dari Rp. 5.150 per liter mejadi Rp. 6.800 per liter dan harga pertamax dari Rp 12.000 per liter menjadi Rp.14.500 per liter.
Dari selebaran yang dibagikan, mereka menuturkan bahwa pemerintah seharusnya melakukan kontrol terhadap sasaran BBM bersubsidi, karena selama ini penikmat BBM bersubsidi dinikmati oleh kalangan yang tidak diperuntukkan, data dari pertamina sekitar 60 persen orang kaya menikmati BBM bersubsidi ini. Dari itu hal yang paling tepat dilakukan pemerintah ditengah kondisi masyarakat sekarang ini adalah melakukan pembatasan terhadap penyaluran BBM subsidi. Dengan menutup kebocoran BBM maka pemerintah bisa menghemat pengeluaran subsidi.
* * *
Duduk di bahu jalan sambil menjajakan jagung bakar daganganya, menunggu pembeli untuk mencicipi jagung bakar panas buatannya. Tepat di sebelah kirinya api dari kayu dinyalankan, memberikan kesan hangat berada di tempat itu. Jika malam ini beberapa titik di kota Makassar, mahasiswa melakukan aksi demonstrasi terkait penolakan harga BBM. Bagi ibu Jumanna (65) hanya bisa berharap agar harga jagung tak naik di pasar. “Kalau naik BBM, naik juga bahan pokok apalagi naik harga jagung bagaimana mi itu, ini saja na bilang orang mahal apalagi dikasi naik mi tidak laku mi jagung bakar ku mau maki makan apa,” keluhnya dalam logak kental Makassar.
Suara kendaran yang bising membuat Jumanna harus beberapa kali mengulang yang diucapkan. Ia dan saudaranya tinggal di Halte tepat di depan rumah sakit Primaya Jl. Urip Sumohardjo. Ia bercerita bahwa ia biasanya berjualan dari petang hingga jam 3 subuh, tak jarang ia hanya mendapat hasil penjualan sebesar 20 ribu rupiah. “Saya orang tidak berpunya di Makassar, disini saja tinggal orang susahki kasian tidak punyaki apa-apa,” tuturnya yang disertai gelak tawanya disela-sela perbincangan.
Sesekali Jumanna akan memperabaiki bara api agar tetap menyala, api tersebut digunakan jikalau ada pembeli yang ingin jagung bakar yang panas. Ia tak bisa membayangkan jika akhirnya nanti harga bahan pokok akan ikut melambung naik, dan mengakibatkan kehidupannya semakin sulit.
“Tidak bisa juga apa-apa kita ini rakyat kecil, sabar mami ki. Itu saja semoga tidak naik jagung, kalau naik mi jagung mati maki kapang(mungkin) apa mau di jual, ini saja tidak ada yang beli karena nabilang mahal sekali, apalagi kalau dikasi naik mi,” ujarnya dengan penuh harap.
Tak jauh dari lokasi Jumanna, laki-laki paruh bayah baru saja memarkir kendaraannya di bahu jalan, sambil membuka helem dan masker yang ia kenakan sambil menghela nafas panjang. Dialah Arun seorang yang bekerja sebagai ojek online. Tangannya memainkan ponsel gengam miliknya, ia baru saja mematikan aplikasi ojek online nya dengan tujuan agar ia dapat beristirahat sejenak. Ia baru saja pulang dari SPBU mengisi BBM, ia menuturkan antrian di SPBU sangatlah panjang. Sejak siang tadi ia mendapatkan informasi terkait kenaikan harga BBM yang melonjak tinggi. “Barusan dari isi bensin, berubah mi harganya di pertamina menjadi 10 ribu,” ujarnya.
Menurut Arun pemerintah tidak seharusnya menaikan harga BBM, hal seperti ini sangat meyusahkan rakyat yang pastinya harga bahan pokok ikut melambung tinggi. Harusnya pemerintah mengontrol harga bahan pokok agar masyarakat tidk semakin susah.
“Jelas masyarakat kaget, apalagi rakyat kecil seperti kita ini yang akan merasakan dampaknya,” katanya dengan nada resah.
Ia termenung memandangi jalan yang silih berganti kendaraan beralalu lalang , ia lalu kembali bercerita bahwa dengan naiknya harga BBM sudah jelas sangat mempengaruhi pekerjaannya sebagai Ojek Online, belum lagi jika kebutuhan pokok juga ikut naik, ia tentu membutuhkan jam kerja yang lama lagi agar mampu mencukupi kebutuhannya.
“Jelas akan terasa sekali dampaknya kenaikan BBM ini. haruska lagi bekerja lebih lama dan keluarkan uang lebih untuk membeli bensin. Tambah nakasi susah saja rakyat bawa seperti kita ini,” suaranya terdengar parau ditelan kebisingan kendaraan malam itu.
Pukul 22.00 Wita bara api dari ban bekas yang dibakar oleh mahasiswa UMI masih saja belum padam, kepulan asap hitam menari-nari diudara diikuti dengan teriakan mahasiswa yang silih berganti meneriakan penolakan terhadap kenaikan harga BBM yang melambung tinggi.
Tak jarang beberapa kali para pengendara yang terjebak macet meneriakan semangat kepada massa aksi dan penolakannya terhadap kenaikan harga BBM. “Hidup mahasiswa, turunkan harga BBM,” salah seorang pengendara memekik, suaranya masih sangat nyaring terdengar meski di tengah keriuhan malam itu.
Malam minggu yang berbeda dari biasanya tak ada romantisme yang ditemui di jalan yang ada hanya guratan nestapa dibalik angka kenaikan harga BBM. Yang tentu akan berdampak pada rakyat kecil. Malam Minggu 3 september 2022 hanya bara api yang akan terus terjaga dan terus menyala di berbagai titik, meneriakkan suara rakyat kecil, yang suaranya nyaris tak terdengar lagi sebab yang lain terlalu bising.
Redaktur: Sahrul Fahmi
Leopoldo, USA 2022 05 05 04 43 33 can you buy priligy Captopril tablets should be taken one hour before meals