‘Salah Kaprah’ Pembangunan Kota dan Tatanannya
Makassar, cakrawalaide.com – Dunia terus berkembang dan berdialektis, beberapa telah tercipta, tatanan sosial, kemajuan peradaban, teknologi, dan sistem ekonomi. Namun dalam pembangunan selalu ada yang menjadi korban, “terutama perempuan dan anak-anak yang kita jumpai menjadi korban dari pembangunan yang paling parah”. Pembangunan membuat manusia-manusia kota tak lagi punya waktu untuk menengok kebelakang. Mengejar provit oriented tanpa henti sehingga lupa bahwa disetiap langkah pembangunan selalu ada pelanggaran dan pencerabutan Hak Asasi Manusia.
Beberapa pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti penggusuran, kemiskinan, pengangguran, ketidakpedulian telah menjadi ciri khas kehidupan sosial kota. Pola pembanguan ruang yang berevolusi dari desa menuju kota, selalu menimbulkan masalah. Tak hanya persoalan lingkungan yang kian rusak karena watak “uang” yang lebih tinggi ketimbang pelestarian lingkungan. Namun juga dampak sosiologis yang semakin menjadi-jadi, relasi semakin tajam, dan kesenjangan semakin lebar. Pola kota juga kejam diberbagai sisi wajahnya. Kota yang menjadi impian dan cita-cita pembangunan, mencitrakan dirinya sebagai lambang dari kesejahteraan kehidupan. Namun dari realitanya, di dalam sebuah kota dengan pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata menakjubkan, kita masih menyaksikan orang kelaparan disamping gudang-gudang pangan atau rumah-rumah kumuh yang penuh sampai disamping gedung-gedung mewah. Keperkasaan kota memang dibangun atas ego manusia yang menggilas habis rasa kemanusiaan.
Pesan-pesan tentang Kota dan tatanan yang menjenuhkan inilah, yang menjadi latar belakang pementasan Teater Tangan (salah satu divisi UPKSBS-UMI; Unit Pengembangan Kreativitas Seni Budaya dan Sastra) di Auditorium Al Jibra. Jumat, (24/10)
“Secara umum kami mengangkat realitas kota dan permasalahannya dalam bentuk teater sebagai acuan bagi masyarakat bahwa banyak sekali permasalahan-permasalahan di kota”, ujar Andras Saguni, Ketua UPKSBS UMI.
Persiapan pementasan awalnya dijadwalkan pada bulan februari lalu, namun ada beberapa kendala yang mengharuskan kegiatan pementasan dimulai pada bulan ini. Persipan dari proses latihan, menyiapkan alat, dan pemantapan telah dimulai sejak tiga bulan lalu. khusus menggarap isu tentang kota, pihak UPSBS UMI memulainya berbulan-bulan hingga tahap pentas.
Pemantasan Teater Tangan merupakan rangkaian event “teater tangan on the run” yang sebelumnya telah diadakan di Kota Samarinda dan Palu. Makassar merupakan pementasan yang terakhir di event ini. Tak hanya teater dengan tajuk “Salah Kaprah” yang dipentaskan. Namun beberapa musik juga dinyanyikan. Konser musik yang diberi nama “Membaca Kota”.
Pementasan teater ini, dilakoni oleh enam orang (lima laki-laki dan seorang perempuan), menghadirkan beberapa properti seperti bambu, puluhan sendok makan, tapis, kotak-kotak buatan dengan cahaya lampu LED kedap-kedip yang dimainkan sebagai efek cahaya. Latar suara yang dipakai adalah nyanyian adat dalam bahasa Makassar, dan suara raung aktivitas pembangunan yang menjadi “roh”nya pembangunan kota.
Tak ada kostum mencolok yang dipakai para pelakon, laki-laki hanya memakai celana pendek tanpa baju. Wanitanya memakai baju lengan panjang. Para pelakon memainkan banyak pertunjukan mengangkat bambu, meneropong dengan bambu, memukul piring dan menabrakan kotak-kotak kayu dan lainnya.
Respon penonton sangat mengapresiasi pertunjukan ini “sebagai proses pembelajaran tentang isu kota, dan baru kali ini nonton teater” ujar Munira, salah satu mahasiswa FH UMI
Penulis : Dani IDE
Red : Walla