Tak Terima Baliho ‘Selamat Datang’ Dibongkar, UPPM kecam Birokrasi Kampus UMI
Senin, 16 Juli 2018, sekitar pukul 14:54, belasan oknum dari pihak birokrasi Universitas Muslim Indonesia (UMI), mendatangi UKM Unit Penerbitan dan Penulisan Mahasiswa (UPPM) yang bertempat di dalam kampus. Kedatangan tersebut tujuannya untuk mencaput paksa spanduk berisikan kritikan terhadap kampus yang terpajang di depan sekretariat UPPM UMI.
Salah satu Oknum birokrasi menilai pemasangan spanduk yang bertuliskan, “Selamat Datang di Universitas Muslim Indonesia yang Katanya Kampus Swasta Terbaik Se-Indonesia Timur dengan Cerminan Kampus Islami tapi Nyatanya : Uang Kuliah Mahal, Anti Kritik dan Fasis, Tidak Demokratis, Banyak Dosen Tidak Profesional, Tidak Transparansi Anggaran, Fasilitas Belajar Tidak Mendukung, Rawan Pungutan Liar, Bungkam Nalar Kritis Mahasiswa, serta (STOP Tipu-tipu Calon Mahasiswa Baru Ta’ Kodong)”. Menurutnya tidak sepantasnya memasang spanduk seperti itu di dalam kampus, dan ini instruksi dari Rektor UMI.
“Cabut mi ini (spanduk), instruksi dari rektor yang suruh cabut langsung,” ucap Staf Keamanan UMI, Firman.
Ketua UPPM UMI, Parle, merasa tidak terima ia pun terus mempertanyakan alasan pencabutan spanduk tersebut, sehingga sempat terjadi aduh mulut antara kedua belah pihak. Menurut Parle’ pemasangan spanduk yang berisikan kritikan itu hal yang wajar dan merupakan hak asasi manusia sebagai cerminan negara yang demokrasi serta dilindungi oleh konstitusi.
“Apa yang tertulis pada spanduk itu adalah hal yang real terjadi di kampus UMI, dibuktikan dari sikap kampus yang tidak menerima kritikan dan itu tidaklah menyelesaikan masalah, hal ini tentunya sangat merugikan bagi mahasiswa,” Tegasnya.
Ketua Umum UPPM juga sangat menyayangkan sikap birokrasi UMI yang sangat tidak demokratis dengan mencabut spanduk secara paksa, menurutnya cara yang dilakukan oleh birokrasi kampus tidak sepantasnya karena tidak mencerminkan sebagai sosok tauladan yang berpendidikan tinggi.
“Inilah wajah UMI yang sangat Fasis, sikap birokrasi dalam menyelesaikan masalah dengan cara memaksa tidaklah mencerminkan seseorang yang terdidik,” jelas Parle.
Mengkritisi langkah yang diambil birokrasi, Ketua Umum UPPM UMI menegaskan. “Kami hanya mengaspirasikan masalah yang menimpa mahasiswa saat ini, dan kami berharapnya kampus justru membuka ruang dialog dengan mahasiswa secara terbuka agar lebih mencerminkan seorang yang berilmu, bukan dengan cara seperti ini yang sejatinya memutus nalar mahasiswa,” tutupnya.
Penulis : Firman
Red : Shim