Predator Bertoga di Kampus Orange
Penulis: Laila Hidayati
Makassar,Cakrawalaide.com- Mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) menyelenggarakan “Pagelaran Seni Budaya Anak Negeri Indonesia Sulawesi Selatan” yang dihadiri oleh Pascasarjana dan mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 dari berbagai disiplin ilmu dan kampus di kota Makassar, yang berlangsung di gedung Sekolah Luar Biasa (SLB) Jalan Daeng Tata Raya, Sabtu (04/06/2022).
Pukul 11.55 WITA, panitia mulai membacakan sinopsis film yang di perankan langsung oleh mahasiswa Universitas Negeri Makassar dengan judul “Predator Bertoga” kisah ini berangkat dari keresahan dan kisah nyata salah satu mahasiswa fakultas teknik yang dilecehkan oleh civitas akademik Perguruan Tinggi Negeri yang terkenal dengan julukannya kampus orange.
Fitriani salah satu tamu pagelaran mengungkapkan dari pengangkatan film “Predator Bertoga” dan kasus kekerasan seksual (KS) yang sempat viral, ia selaku salah satu mahasiswa UNM merasa takut serta menegaskan bahwa Prioritas keamanan dan kenyamanan dalam perkuliahan merupakan tanggung jawab kampus.
Adanya kasus seharusnya menjadi pengingat bahwa mahasiswa membutuhkan ruang aman, khususnya perempuan. Harapannya, pengangkatan film yang di hadiri berbagai kampus bisa menjadi tamparan kepada pelaku KS.
“Adanya pengangkatan film ini, bisa menjadi tamparan kepada pelaku kekerasan seksual serta memberi kesadaran bahwa Universitas tempat kita untuk mendapatkan ilmu ini, tidak memberikan keamanan dan kenyamanan. Banyak yang takut, bukan hanya korban, kita yang tidak mengalami pun merasa takut karena adanya kasus ini” tuturnya.
Andi Agussalim Aj, Salah satu pegiat seni Indonesia sekaligus dosen UNM menerangkan latar belakang di angkatnya film tersebut karena banyaknya persoalan yang belum terpublikasi, ide film isu kekerasan seksual merupakan arahan beliau. Kisah nyata kasus kekerasan seksual patut di angkat sebagai rekaman, hentakan, sekaligus pelajaran. jangan sampai adanya kasus merusak almamater, hanya karena perilaku oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Saya mencoba mengarahkan mereka untuk mengangkat juga isu ini, karena ada banyak persoalan-persoalan yang mungkin selama ini tidak terpublish, karena mungkin banyak hal yang menjadi pertimbangan orang-orang yang terkait dengan hal tersebut, oleh karena itu ini patut untuk diangkat” tegasnya.
Lanjut Andi Agussalim menambahkan, film Predator Bertoga memiliki makna bukan hanya akademisi yang bertoga dan berpotensi melakukan kekerasan seksual, dikalangan mahasiswa sendiri bisa terjadi kasus. Adanya film tersebut bisa menjadi peredam, pesan-pesan untuk menghentikan kasus kekerasan seksual baik dikalangan dosen maupun mahasiswa itu sendiri.
“Ketika filmnya predator bertoga diangkat, itu bisa bermakna bukan hanya akademisi ya, mahasiswa sendiri mereka yang akan jadi sarjana nantinya dia juga bertoga kan? Jadi, di kalangan mahasiswa sendiri, memungkinkan terjadi kasus” ungkapnya.
Rabiul Awal selaku staf manager pagelaran seni menyampaikan dari tahun 2020 kasus KS terjadi di kampus UNM tetapi sampai sekarang belum ada tindaklanjut. Sebagai mahasiswa, ia menganggap perlu diperlihatkan bahwa terjadi masalah di kampus. Kasus kekerasan seksual yang baru-baru ini terjadi akan terus dituntut oleh mahasiswa agar segera ditindaklanjuti.
“Kemarin yang saya dengar itu dari tahun 2020 sempat ada kasus pada saat itu pengkaderan, sempat ditindaklanjuti tapi lama kelamaan meredup. Kalau yang baru-baru kemarin itu, yang di teknik masih dalam proses, mahasiswa menuntut keras kampus agar menindaklanjuti kasus kekerasan seksual” tutupnya.
Redaktur: Nurul Apriliyya Murtadir