Mimbar Suara Perempuan Muda, Perempuan Mahardika: Pelanggaran HAM Bulan Mei Belum Diusut Tuntas Negara

1

Penulis : Muhammad Ilham Muzakkir

Makassar, CakrawalaIde- Perempuan Mahardika Makassar menyelengarakan ‘Mimbar Suara Perempuan Muda’ yang merupakan respon politik Mei. Kegiatan yang dilaksanakan pada kamis malam diisi dengan sejumlah penampilan seperti orasi, puisi, live musik, akustik, tari kontemporer, testimoni, hingga lapakan buku yang berlangsung di Universitas Negeri Makassar (UNM) Gunung Sari di taman Fis-H Jl. A.P. Pettarani Tidung Kec. Rappocini kota Makassar pada Kamis (18/05/2023).

Afifah perwakilan dari Perempuan Mahardika menerangkan bahwa kegiatan yang diadakan ini  adalah sebagai bentuk untuk mengingat kembali peristiwa sejarah di bulan Mei pada perempuan yang pernah terjadi puluhan tahun silam. 

“Kegiatan hari ini itu mimbar suara bebas suara perempuan jadi acara untuk mengenang Mei, sebenarnya merefleksikan Mei yang punya banyak sejarah yang beririsan sama perempuan,” terangnya.

Lebih lanjut Afifah menjelaskan bahwa banyak peristiwa pelangaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang pernah terjadi di bulan Mei yang belum diusut tuntas oleh  negara seperti halnya terbunuhnya Marsinah 30 tahun silam yakni pada 08 Mei 1993 hingga Tragedi Perkosaan bulan Mei 1998.

“Selain itu di Mei banyak sekali pelanggaran HAM yang dilakukan sama negara yang bisa terindikasi sebagai pelanggaran HAM berat seperti kasus Marsinah, tragedi pemerkosaan massal tahun sembilan delapan, Mei sembilan delapan yang masih di tolak sama negara atau masih tidak diakui sama negara sebagai kasus yang betul-betul ada,” jelasnya.

Afifah menambahkan pada kegiatan yang diadakan kali ini juga bertujuan untuk membuka ruang berekspresi pada perempuan sebab di ranah perguruan tinggi dianggap kurang membuka ruang berekpresi bagi perempuan.

“Yang paling penting juga sebenarnya mimbar ini untuk perempuan muda karna kalau di Lembaga-Lembaga Universitas atau kampus itu, biasanya kurang memperhatikan ruang ekspresi untuk perempuan makanya di mimbar ini perempuan-perempuan lebih diperkenankan untuk berekpresi sebebas mungkin,” tambahnya.

Arin dari Komite Anti Kekerasan Seksual Unhas yang sempat di temui oleh awak Cakrawalaide diakhir kegiatan memandang kegiatan mimbar bebas ini hadir sebagai penetrasi dalam perlawanan.

“Jadi keresahan ini tidak selamanya harus kita sampaikan melalui diskusi saja tapi perlawanan itu hidup dalam lagu, dalam puisi, dalam bacaan dan apapun bentuknya yang teman-teman sukai,” tegas Arin.

Pada kegiatan tersebut juga dihadiri oleh warga Pulau Lae-Lae yang tengah memperjuangkan ruang hidup mereka yakni dengan menolak reklamasi yang akan dilakukan di pesisir Pulau Lae-Lae. Andra Dg Bau sebagai perwakilan perempuan Pulau Lae-Lae dalam orasinya menyampaikan bahwa tolak reklamasi pulau lae-lae akan terus diperjuangkan bahkan hingga tetes darah penghabisan. Reklamasi tidak akan mensejahterakan warga malah akan memiskinkan warga dan jika reklamasi dilakukan perempuanlah yang akan semakin merasakan dampaknya.

“Kami warga Pulau Lae-Lae sudah pernah merasakan dampak dari reklamasi, jadi tidak perlu lagi diajari soal dampak dari reklamasi. Kami khususnya perempuan Pulau Lae-Lae akan terkena dampak jika pulau direklamasi, sebab kami yang bersentuhan langsung dengan dapur, air dan mengurus ekonomi dalam keluarga kami akan semakin pusing jika tak ada lagi hasil laut yang dapat kami olah menjadi sumber makanan,” ungkapnya.

FMK Kolektif Makassar, Vijo yang sempat tampil dalam kegiatan ini merespons dengan gembira dengan diadakannya mimbar bebas ekspresi.

“Bagus, baik karna disamping ada mimbar bebas kemudian kegiatan-kegiatan itu tentang orasi, orasi tantang bagaimana gerakan atau kondisi perempuan hari ini kemudian ada puisi juga kemudian ada juga kawan-kawan dari Pulau Lae-Lae yang sekarang juga sementara menolak reklamasi di Lae-Lae,” kata Vijo.

Vijo juga berharap kegiatan mimbar bebas dapat diadakan setiap tahun dan seterusnya.

“Harapanku setiap tahunnya juga ada jadi bukan tahun ini saja tapi tahun depan dan seterusnya itu ada mimbar-mimbar seperti ini karena bagus memberikan panggung untuk teman-teman yang ingin berpuisi, berorasi terkait keresahan perempuan,” tutup Vijo.

Redaktur : Sahrul Pahmi

1 thought on “Mimbar Suara Perempuan Muda, Perempuan Mahardika: Pelanggaran HAM Bulan Mei Belum Diusut Tuntas Negara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *