Makassar, Cakrawalaide.com – Bonto Matinggi adalah nama sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Tompobulu, yang mungkin saja belum banyak dikenal oleh warga di Sulsel. Namun, desa yang terletak di Kabupaten Maros ini, cukup memiliki keterikatan yang kuat dengan UMI. Di Dusun Damma khususnya, UMI memiliki jejak yang tidak mudah pudar begitu saja. Adalah proses penempatan mahasiswa KKN, menjadikan dusun tersebut begitu merawat ingatan mereka tentang program- program yang diukir.

Malam itu, selepas Salat Isya, pengeras suara mesjid dusun kembali berbunyi. Suara dari corong masjid yang terpasang diatas bambu yang berdiri tinggi disamping mesjid. Seorang laki-laki berbicara menggunakan sound sistem Mesjid. Hal itu merupakan ajakan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UMI.
Suara salah satu mesjid tertua di desa Bonto Matinggi ini mengundang warga untuk hadir rapat bersama di kantor desa Bonto Matinggi yang kebetulan bersampingan dengan mesjid yang ada di dusun Dumma.

Tak lama setelah suara itu terdengar berulang-ulang, satu persatu tokoh masyarakat mulai berdatangan ke kantor desa yang berada diatas bukit. Lokasi kantor desa diapit oleh mesjid dan disampingnya lagi sekolah dasar nomor 130 Gantarang.

Rapat yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN ini bertujuan mengundang semua tokoh masyarakat, agama, pendidik, aparat desa serta warga secara umum untuk memberi gambaran tentang permasalah serta masukan yang nantinya akan jadi program kerja mahasiswa KKN.

Sebelumnya, pada pagi harinya, mahasiswa KKN melakukan kunjungan kerumah-rumah warga yang ada di empat dusun di desa Bonto Matinggi. Kunjungan rumah-rumah warga, berdiskusi, dan mengajak untuk hadir pada pertemuan untuk meminta masukan yang nantinya akan dijadikan program kerja selama di lokasi.

Menjelang pukul 20.13 WITA, setelah  perwakilan warga berkumpul, rapat pun di mulai.

Tahun 1991 adalah tahun pertama mahasiswa KKN masuk ke desa Bonto Matinggi. Akan tetapi, Desa ini masih bernama desa Bonto Manai.

Daeng Siri, salah seorang warga yang masih ingat waktu pertama KKN masuk ke kampungnya. Kebetulan rumah yang menjadi tempat tinggal mahasiswa waktu itu adalah rumah orang tuanya yang juga seorang imam mesjid.

” Iye, mahasiswa KKN pertama yang masuk didesa ini mahasiswa UMI “. ucapnya dengan ekspresi serius,

Seingatnya, kedatangan Mahasiswa KKN untuk tahun ini merupakan yang keempat kalinya.

Menurutnya, anak-anak disini bisa mengaji karena sumbangan juz amma dari mahasiswa KKN tahun itu. Jumlah Juz Amma yang disumbangkan 500 Eksampalar yang kemudian diwariskan kepada adik-adik sehingga bisa belajar mengaji.

Juz Amma tersebut kemudian diwariskan secara turun temurun sehingga anak-anak yang lain juga bisa belajar mengaji.

Desa Bonto Matinggi adalah salah satu desa di kecamatan Tompobulu kabupaten Maros. Sebelumnya wilayah desa ini masuk dalam desa Bonto Manai, namun belakangan menjadi desa sendiri setelah mengalami pemekaran.

Tak hanya itu, terdapat juga sumbangan sound sistem untuk mesjid Nurul Haqim yang ada didusun Gantarang.

Sumbangan tersebut didapat dari Prof. Basalamah yang pada waktu itu menjabat sebagai rektor UMI.

Pak Arifin adalah salah satu tokoh pendidik di desa Bonto Matinggi. Pria yang sudah berkepala lima ini sudah menetap di desa ini dari tahun 1988 sampai sekarang ini. Bapak ini lahir di Bulukumba dan kemudian menetap sebagai guru di desa Bonto Matinggi. Dia adalah salah satu tokoh pendidik di desa Bonto Matinggi dan guru pertama di desa ini.

Hampir semua orang yang menetap di desa Bonto Matinggi pernah di ajar olehnya. Namun, untuk saat ini walaupun dirinya sudah pensiun sebagai seorang pegawai negeri sipil, ia masih aktif mengajar di SMP PGRI di dusun Damma, Desa Bonto Matinggi.

Sebagai seseorang yang dituakan di desa ini, dia bercerita tentang mahasiswa UMI yang pernah KKN di desa Bonto Matinggi. Sambil memberi masukan kepada mahasiswa yang mendengar ceritanya dengan serius, ia menceritakan dengan sangat jelas tentang sumbangsih mahasiswa maupun UMI sebagai yayasan pendidikan islam.

Salah satu yang masih bisa dilihat  saat ini yakni penanaman padi Gobo, padi inilah yang sampai saat ini masih ditanam oleh warga desa Bonto Matinggi. Warga selalu ingat, bahwa dari anak-anak baju hijau ( UMI ) yang membawa padi ini dan memberi hasil panen yang maksimal. Pak Arifin tidak tau persis siapa nama mahasiswai tersebut, yang dia ingat bahwa mahasiswi tersebut jurusan ekonomi.

Tak hanya itu, masih tersimpan dalam ingatannya tentang pembuatan jembatan gantung yang juga diprakarsai oleh mahasiswa UMI. Pak Arifin lupa kapan persis pembuatan jembatan tersebut. Dari penjelasan pak Arifin, jembatan gantung tersebut dibuat untuk menghubungkan dua dusun yaitu dusun Patteneang dan dusun Damma. Jembatan gantung tersebut digunakan warga selama tiga tahun untuk menyebrangi sungai Tanralili.

Didesa ini juga, mahasiswa UMI juga yang memberi nama jalan, membuat batas desa yang terbuat dari ban bekas. Ini semua diprakarsai oleh mahasiswa KKN dari UMI.

” Kalau anak UMI yang datang di desa ini pasti dapat sambutan baik masyarakat, karena jasanya selama ini serta anak UMI terkenal ramah kepada masyarakat”. tutur Pak Arifin

Dirinya berharap ada pengetahuan baru serta kerja kongkret yang dilakukan oleh mahasiswa KKN UMI yang melaksanakan KKN di desa Bonto Matinggi.

Berdasarkan jadwal KKN reguler untuk tahun ini, mahasiswa KKN akan menetap kurang lebih sebulan dan akan melaksanakan program kerja berdasarkan hasil seminar program kerja tiap-tiap desa.

 

Penulis : Cappa

Red : Rifai. R

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *