Tidak Terima Dilaporkan, Oknum Dosen Ancam Mahasiswa Nilai E
Makassar, cakrawalaide.com – Puluhan mahasiswa semester satu program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam Universitas Muslim Indonesia (FAI-UMI), mendapat perlakuan intimidasi oleh oknum dosen yang mengajarkan mata kuliah Bahasa Indonesia, kampus II, Kamis (13/12/2018).
Diketahui oknum dosen bernama Salmayati, merupakan salah satu dosen dari Fakultas Sastra, tidak terima dengan laporan pihak Lembaga Kemahasiswaan kepada Wakil Dekan (WD) 3 terkait penjualan buku yang dilakukannya.
Mengklarifikasi hal ini, Ketua 1 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang mengurusi bagian internal membenarkan adanya pelaporan tersebut.
“Yah BEM yang melaporkan ke WD3 karena ini sudah menjadi tanggungjawab kami untuk mengawal permasalahan yang dialami oleh mahasiswa,” ujar Fahri Fajar.
Fahri Fajar juga menjelaskan bahwa pelaporan tersebut dari hasil kesepakatan antara Lembaga Kemahasiswaan, selaku representasi dari aspirasi mahasiswa dengan pihak Fakultas, untuk menuntaskan permasalahan penjualan buku yang dinilai merugikan mahasiswa, serta mengacu pada Peraturan Menteri No. 2 Tahun 2008 Pasal 11 perihal pelarangan penjualan buku.
“Ini sebagai komitmen Lembaga untuk menindaklanjuti hasil kesepakatan dialog akademik dengan pihak fakultas, sebab praktek penjualan buku oleh oknum dosen, itukan sudah jelas melanggar peraturan menteri,” ujar Fajar.
Dodi (nama samaran), mengatakan bahwa dosen yang bersangkutan mendesak dan mengancam, jika tidak ada yang mengaku maka perkara ini akan berefek ke nilai Mahasiswa.
“Kemarin Rabu (12/12/2018), pada saat dosen itu masuk, dia marah-marah lalu mendesak kami untuk mengaku dan mengancam, jika perkara ini tidak selesai maka akan berefek ke nilai Mahasiswa. Spontan kami bingung dan takut karena jelas bukan kami yang melapor,” Ujar Dodi.
Lanjut, Dodi Bukan hanya tindakan intimidasi yang didapat Mahasiswa, tetapi juga tindakan diskriminasi bagi yang tidak membeli buku, dosen terkesan dekat dengan Mahasiswa yang membeli buku, terlihat saat dosen memberi kuis, dosen hanya bertanya pada Mahasiswa yang membeli buku.
“Mahasiswa yang membeli buku, namanya ditandai pada absen dan setiap ada kuis yang ditanya cuman yang beli buku, kami yang tidak beli buku seakan dianak tirikan. Saat ada yg ditanya lalu kami yang menjawab, kami disuruh diam. Menurut saya tindakan ini sudah memaksa secara halus, karena jika kami tidak diikutkan dalam kuis automatis kami tidak punya nilai tambahan,” tutupnya.
Sampai berita ini diterbitkan, belum ada klarifikasi dari pihak terkait.
Penulis : Bonsai
Red : MAHA