Ketika Kematian di Ujung Mata
Terkutuk dalam diam
Diamnya mati suri
Tubuhnya mati namun jiwanya hidup
Ia mesti bersujud dan berdo’a pada sang Maha kuasa
Ia menjerit kesakitan sambil menggigil ketakutan
Luka hamba yang menjalar ditubuh
Luka hamba yang terabaikan
Luka hamba yang membrontak
Kini t’lah mengutuk diam
Sesak di dada berkali-kali rasanya tertikam
Sebab, panjang tangan, kaki terbang, mata keranjang
Telinga sumbang, penghirup wewangian
Dan lidahnya yang setajam silet
Semuanya menjelma bangkai
Api bergelimang darah dan bercampur nanah
Menjijikkan bila ditonton apalagi dirasakan
Hujan airmata di dalam jiwa mengalir deras
Hingga langit dan bumi tak lagi cukup
Menampung dosa
Malaikat siap menyeret ruh di kedalaman jauh
Bersama mereka oleh para wajah wajah seribu penikmat dunia
Kekal abadi tanpa pengampunan
Merenung, merenunglah…
Sebelum detik penghabisan
Sebelum menidurkan kenangan
Penulis : Nhono Surikhen
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UMI