Mengukir Indah Petualangan di Desa Tabo-Tabo
Cakrawalaide.com — Siang itu Jumat (16/05) terik matahari menyinari sekretariat (Unit Penerbitan dan Penulisan Mahasiswa) UPPM-UMI Makassar, tak banyak orang yang kelihatan seperti biasanya, mereka disibukan dengan perkuliahan.
Arham, pengurus Bidang Satu UPPM-UMI, yang dari tadi kelihatan gelisah dan tidak sabarkan diri rasanya ia ingin segera tinggalkan sekretariat. Ia ingin mengikuti salah satu agenda kegiatan adventure yang menjadi program kerja di bidangnya
Desa Tabo-Tabo adalah tempat tujuan perjalanan kegiatan adventure UPPM UMI kali ini, sebuah Desa yang terletak di lereng bukit kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan
Sore pun mulai tiba ketika matahari seakan mulai meninggalkan siang yang terik itu, arah detak jam mulai menunjukan pukul 15.00 WITA. Ketika itu sekretariat mulai di padati oleh anggota UPPM-UMI, terlihat dari raut wajahnya begitu gembira seolah kicauan burung dikala senja.
Riko, yang diamanahkan sebagai ketua panitia, ia menampakkan wajah yang gelisah, ketika ditanya oleh seorang anggota UPPM UMI, “siapakah yang belum datang di secret, siapa yang kita tunggu,“ katanya dengan mata yang sayup. Rico menjawab, “ada beberapa orang yang belum menampakkan batang hidungnya,” jawabnya.
Beberapa orang dari mereka tidak sabarkan diri, mereka seprtinya ingin segera meninggalkan suasana hiruk pikuk kota yang menurut mereka membosankan.
Perasaan kembali tenang ketika beberapa orang mulai menampakkan wajahnya yang letih di sekretariat, semua orang terlihat gembira, pertanda perjalanan segera akan dimulai. Susana yang tadinya hening dipecahkan oleh suara tawa beberapa orang.
Tiba-tiba suasana kembali hening seketika itu, salah seorang ditunjuk untuk memimpin doa yaitu Pemimpin Redaksi Cakrawala_IDE Herman Kambuna. Semua kelihatan khusyuk seraya berharap perjalanan mereka dilindungi oleh sang Pencipta. Jarum jam mulai menunjukan pukul 16.00 WITA pertanda perjalanan akan segera dimulai. Suara kendaraan pun mulai beriak bagai air terjun yang menerpa batu.
Perlahan mulai beranjak dari sekretariat UPPM-UMI menuju ke tempat tujuan, yaitu Kabupaten Pangkep. Ketika dalam perjalanan beberapa orang kelihatan sangat senang ketika mulai melihat panorama alam yang begitu indah di sekitar perjalanan memasuki Desa Tabo-Tabo, namun mereka sadar kalau perjalanan mereka masih jauh.
Kicauan burung memecah keheningan malam ketika sampai di tempat tujuan, perasaan seolah ditakutkan oleh suasana gelap yang menyelimuti desa itu, tampak seorang lelaki setenga baya menyapa kami dengan senyum dan ramah. Perasaan takut pun mulai legah ketika melihat sesosok laki-laki paru baya, dia itu adalah Pak Abbas yang dari tadi menunggu dengan sabar kedatangan kami.
Sebuah permadani pun disodorkan sebagai ungkapan untuk mensyukuri nikmat Tuhan. Beberapa orang kelihatan mulai bergegas seraya menuju ke dapur untuk mengambil air wudhu. Ketika selesai shalat, rombongan mulai membaur dengan beberapa warga yang penasaran dengan kedatangan kami, yang katanya mahasiswa, peduli dengan masyarakat. Mereka sangat senang karena sebelumnya berapa orang juga pernah menginjakan kaki di tempat itu.
Pak Abbas mulai memperkenalkan dirinya dan beberapa warga lainya, dia sepertinya seorang yang dikagumi oleh banyak orang, tutur kata dan bahasanya seolah pakar ahli yang memimpin sidang. Meski ia tidak pernah menempuh pendidikan selayaknya seorang akedemisi. Guru yang paling baik adalah pengalaman, itulah kata-kata yang pantas untuk pak Abbas. Belajar dari pengalaman itulah membuat sosok paru baya itu berubah menjadi sosok yang memiliki pengetahuan yang luas.
Tabo-tabo adalah sebuah desa yang dulunya bemukim di puncak bukit, namun persoalan keamanan sehingga pemerintah memindahkan warga Desa Tabo-Tabo di lereng bukit.
“Ada sebuah persoalan yang terjadi di dataran ini, peristiwa itu terjadi pada tahun 2006 silam, ini ditandai dengan bentuk perlawanan masyarakat terhadap pemerintah dinas kehutanan yang membongkar pagar pembantas lahan dengan alasan ingin memperluas hutan Tabo-Tabo sebagai kawasan hutan lindung” kata pak Abbas dengan nada geram saat menjelaskan peritiwa itu.
Pak Abbas adalah salah seorang pejuang layaknya pahlawan yang mengusir penjajah, ia bersama warga, beberapa kali melakukan perlawanan untuk mengembalikan hak tanah warisan itu dari Dinas Kehutanan. Namun mereka sadar karena tidak memiliki ilmu yang cukup untuk melalukan perlawanan, sehinga timbullah inisiatif untuk meminta bantuan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar.
Harapan mereka mulai menemukan titik terang ketika LBH menghimpun kekutan warga yang di tandai dengan berdirinya ORBONTA (Organisasi Masyarakat Bonto Tangnga Tabo-Tabo). Mereka bersyukur karena berhasil mendapatkan kembali lahannya setelah berjuang bersama LBH Makassar dan Forum Study Isu-Isu Strategis (Fosis UMI) yang saat itu dipimpin oleh Kadir. Sebagian lahan mereka yang semula di garap, hingga sekarang kasus ini masih di tangani oleh LBH kata Pak Abbas yang juga sebagai ketua ORBONTA.
Jarum jam mulai menunjukan pukul 20:OOWITA perasaan lapar seakan mulai hilang ketika kami dijamu makan malam oleh tuan rumah yang telah menyediakan alakadarnya. Begitu nikmat terasa ketika menikmati masakan tuan rumah, mereka kelihatan senang dengan kedatangan rombongan kami. Suasana seakan menjadi terang memecah keheningan malam.
Wajah pun kelihatan letih seakan tidak berdaya, perjalanan yang jauh telah mengantarkan tubuh ini di suasana malam untuk melepaskan lelah.
Pagi tiba kicauan burung dan gemercik air seakan menyambut pagi yang indah, “suasana alami yang sukar untuk didapatkan,” kata Dhani yang berdiri tenang menyaksikan pemandangan alam itu. Suasana senang ketika rombongan bergegas menuju ke lokasi wisata air terjun Tabo-tabo, dengan ditemani salah seorang warga setempat.
Perlahan menuju ke lokasi itu, suasana keheningan mulai mencekam, ketika sampai di lokasi air terjun, entah kenapa perasaan takut mulai seakan hilang ketika disuguhkan oleh pemandangan air terjun yang begitu indah dengan panorama alamnya, perasaan seakan mimpi di siang bolong.
Air terjun itu telah menjadikan perasaan ini seakan terlahir kembali oleh hiruk pikuk kota. Beberapa orang kelihatan tak sabar dan langsung menceburkan diri ke dalam genangan air itu, mereka sepertinya tak ingin melupakan momen ini, mereka mengabadikan lewat gambar sebagai kenangan Adventure.
Perasan letih dan lapar seakan terbantahkan oleh air terjun itu kata Isnan salah seorang anggota UPPM-UMI yang mengaku sangat gembira dengan indahnya ciptaan yang Kuasa itu.
Haripun mulai siang ketika salah seorang mulai memanggil, ia adalah Herman, Koordinator Lapangan kegiatan adventure. Ia juga tampak kelihatan basah kuyup seraya mengumpulkan rombongan untuk segera pulang. Rasa betah seakan memberatkan untuk menghantarkan kepergian ini, namun tersadarkan oleh agenda waktu sudah dibatasi kata Wahyu salah seorang panitia adventure.
Itulah perjalanan singkat ke desa Tabo-Tabo yang menjadikan pembelajaran tentang realitas kehidupan Masyarakat pedesaan yang bagi kami sangat berarti. Untuk warga Tabo-Tabo terimakasi atas segala bentuk bantuannya, kami tidak bisa memberikan semuanya tapi kami mencoba untuk memberikan semuanya. Kami tidak bisa mengingat semuanya tapi kami mencoba untuk mengingat semuanya. Disetiap sujudku berharap akan ada pertemuan selanjutnya. Mudah-mudahan selalu diberikan iman dan kesehatan oleh Yang Maha Kuasa.
Laporan Perjalanan, Oleh: Irfan Abbas
Red: Kambuna