Menyorot Kekerasan Aparat selama Isu BBM, Pihak Kepolisian Harus Profesional
Makassar, cakrawalaide.com — Kebijakan pemerintah menaikan harga BBM dengan alasan mengalihkan dana subsidi APBN di sektor yang lebih progresif, menimbulkan aksi protes mahasiswa dibeberapa kota, termaksud di Makassar. Mahasiswa tidak setuju dengan agenda pemerintah tersebut, mengingat masih tertatihnya daya beli masyarakat kelas menengah kebawah. Kondisi ekonomi masyarakat yang belum pulih akibat kenaikan BBM tahun 2013 lalu, kini harus berhadapan lagi dengan naiknya kebutuhan bahan pokok, dan segudang tantangan dengan sedikit peluang ekonomi dan kesejahteraan hidup akibat pengurangan subsidi ini.
Aksi demonstrasi mahasiswa pun pecah di Makassar dan berdarah. Demonstrasi direspon dengan penjagaan ketat aparat, tindak kekerasan, pengrusakan, pelecehan institusi, hingga kematian.
Beberapa hal telah terjadi sepanjang November dan tindak kekerasan aparat telah dirasakan oleh setiap kampus di Makassar (UNM, Unhas, UMI, Unismuh, UIN Alaudin). 13 November lalu, aparat yang mengawal aksi mahasiswa kemudian berubah menjadi tindakan represif, aparat memasuki kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) melakukan pemukulan terhadap mahasiswa bahkan jurnalis, pengrusakan terhadap fasilitas kampus. Hal ini menjadi bentuk pelecehan terhadap institusi pendidikan.
20 November hal yang sama pula terjadi di Universitas Hasanuddin (Unhas), mahasiswa di represif hingga kedalam kampus oleh warga yang menurut berbagai sumber di provokasi, dan yang menjadi salah satu bukti adanya provokasi terhadap warga adalah adanya lampu sorot, signal flare, dan bom asap yang tidak wajar dimiliki oleh warga biasa. Hasil dari penyerangan itu, puluhan motor juga sepeda terbakar, fasilitas kampus dirusak, seperti pos satpam dan gerbang kampus
Seminggu tragedi Unhas, 26 November, aparat juga merepresif demonstran di UMI, kali ini bukan hanya polisi tapi Pegawai Negeri Sipil, Satpol PP dan warga yang diprovokasi menyerang demonstran, para pelaku represif ini juga menembakan gas air mata ke mesjid kampus, merusak fasilitas kampus, dan membakar motor mahasiswa di sekitar mesjid kampus UMI. Karena tindak represif dengan mengarahkan barakuda, water cannon, ke arah barisan aksi. Satu demonstran yang bernama Muhammad Arif tewas dalam kejadian itu.
Lembaga Bantuan Hukum Makassar (LBH Makassar) melakukan konferensi pers di Kantornya, Jalan Pelita Raya VI (01/12). LBH Makassar menyoroti pelaku aparat yang cenderung represif dalam mengawal demonstrasi mahasiswa. Dalam konferensi pers tersebut LBH Makassar juga mengeluarkan hasil investigasi perihal tragedi di UMI.
Wakil Direktur LBH Makassar Zulkifli Hasanuddin, mengatakan bahwa aparat harusnya bertitik tolak pada protap (prosedur tetap) yang ada. Tidak melakukan hal-hal yang langsung pada tindak kekerasan. Terakhir adalah kasus Muhammad Arif yang tewas dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM di UMI. Zulkifli menambahkan bahwa dalam kasus kekerasan oleh polisi, perlu adanya tindakan – tindakan preventif yang dilakukan.
“Harus ada tindakan preventif yang dilakukan di internal kepolisian dalam mengawal protapnya. Karena hasil investigasi LBH dalam kasus terakhir di UMI, korban yang meninggal dengan luka seperti itu membuktikan bahwa polisi dalam mengawal aksi demonstrasi sangat brutal” ujar Zulkifli
LBH Makassar juga mengharapkan agar kejadian di UMI tak terjadi lagi. Dan pihak Kepolisian harus bertanggung jawab. LBH Makassar juga mengawal kasus tersebut dan meminta agar kepolisian dalam proses penyelidikan harus fair dan professional. “Jangan karena ada dugaan anggotanya terlibat kemudian ditutupi” tambah Zulkifli
Penulis : Ayie
Red : Walla