Orasi Puisi, Menggungat Keberpihakan Kampus Dalam Pengembangan dan Pelestarian Sastra
Makassar,cakrawalaide.com – Jelang siang dengan terik matahari yang mulai meninggi, suara megaphone berbunyi keras di dalam kampus UMI yang sempat menarik perhatian sejumlah mahasiswa kampus hujau. Tapi, bunyinya terdengar agak berbeda dengan tradisi demontrasi didalam kampus.(Kamis,10/3).
Terlihat beberapa mahasiswa mengenakan kostum adat Sulsel, beberapa mahasiswa berteriak bukan karena protes kondisi fakultas, kampus atau situasi sekitar dari tingkatan kota sampai pada level negara. Itu adalah puisi. mereka menyampaikan aspirasi yang selama ini terasa monoton tapi kali ini Bait puisi yang terangkai rapi dengan bahasa khas sastra, dibacakan dengan bantuan pengeras suara atau megaphone.
Mereka sengaja menarik pandangan orang- orang dengan berjalan keliling kampus diikuti rombongan mahasiswa Fakultas Sastra yang berjalan dibelakang para pembaca puisi yang menggunakan kostum tradisional.
Hentakan gendang yang membentuk irama serta beberapa perempuan yang berada didepan barisan terus mengiringi prosesi budaya khas Sastra. Membawakan tema “Tilawah puisi berbingkai tradisi” adalah sebuah karya yang berusaha mengembangkan kegiatan kesusastraan dan kesenian.
Beberapa wanita yang memakai baju adat menggambarkan permaisuri atau perempuan Makassar dengan sikap lembut gemulai yang mendampingi pembaca puisi yang diibaratkan sebagai karaeng atau Raja.
“Kegiatan ini adalah respon sederhana dari matinya ruang ruang sastra di kampus UMI, tak ada festival atau kegiatan semacamnya yang punya bobot sastra terutama sastra Indonesia”. Ucap Samsul Bahri salah seorang mahasiswa sastra Indonesia.
Hal ini juga menjadi pesannya kepada para pengambil kebijakan di dalam kampus agar memberi ruang untuk berekspresi terutama dalam hal pengembangandan pelestarian kesusastraan. Selama ini nyaris tak ada kegiatan dan dukungan yang jelas dari kampus.
Selain membawa semangat kesusastraan yang mulai mati, kegiatan ini juga membawa semangat pelestarian tradisi yang ada yang juga mulai terancam keberadaanya.
Kegiatan ini menjadi perhatian mahasiswa yang menyaksikan kegiatan ini, bahkan beberapa mahasiswa justru bergabung dalam kerumunan mahasiswa dan ikut berjalan berkeliling kampus.
Tak hanya mahasiswa para dosen juga mengambil bagian dalam kegiatan tersebut, beberapa diantaranya ikut dalam kerumunan mahasiswa serta berjalan dibelakang mahasiswa.
“Pendidikan disini apakah akan jadi alat pembebesan ataukah akan menjadi alat penindasan”. Bunyi salah satu syair puisi Rendra ” sajak pertemuan Mahasiswa” yang dibacakan salah seorang mahasiswa.
Penulis : Cappa
Red : Hutomo