Puisi: Angkatan Muda Tanpa Pena
Pagi mulai bercerita dan berjalan seperti biasa,
menerawang pemburu sukses pragmatis yang latah,
merenungi nasib di teras rumah yang jelata,
hanya duduk manis meneguk kopi yang seakan berbisik dan bercerita.
Sebab kami tak melanjutkan sekolah,
kami tak sempat menikmati indah fana dunia,
anak bangsa, angkatan muda tanpa pena,
hendak kemana kami berkelana.
Universitas adalah kata mewah,
anggaran pendidikan juga tak menjamah,
terlebih ketika ruang belajar otodidak kami terjajah,
sebab kami harus menutupi biaya dapur yang tak mewah.
Tak ada lagi ruang tuk berpikir kritis akan bangsa,
bangsa yang besar, bangsa yang hanya pandai bercerita.
Kami kini hanyalah angkatan muda yang terkuras waktu juga tenaga,
untuk kerja, kerja, dan kerja.
Entah buruh atau apapun itu namanya.
Katanya kami memiliki negeri yang kaya,
tapi toh dikuasai asing juga.
Mengadu juga hendak kemana ?
Wahai bapak-bapak bangsa !
yang katanya berideologi pancasila,
berorasi ria didalam media,
tapi toh ujung-ujungnya beronani ilmiah saja.
Apakah kami tak tersentuh oleh sila yang ke lima ?
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penulis: Arham
Red: Diandika