Ruang Milik Sendiri
Penulis: Wafiq Aulia Yusuf
“Dengan beberapa buku yang kau miliki dan kemampuan yang melampau laki-laki! Kau dapat mewujudkan Ruang Milik Sendiri”
Judul Buku: Ruang Milik Sendiri (A Room Of One’s Own)
Penulis: Virginia Woolf
Penerbit: Jalan Baru
Penerjemah: Khoiril Maqin
Cetakan pertama: Desember 2020
Jumlah Halaman: 135 halaman
Virginia Woolf merupakan seorang novelis Inggris, yang dianggap sebagai salah satu tokoh terbesar sastra modernis abad ke-20, walaupun sering disebut seorang feminis ia menyangkal julukan tersebut karena merasa julukan feminis bagaikan stigma obsesi permasalahan perempuan. Iapun memilih disebut sebagai seorang humanis.
Kehidupan Woolf membentang dari zaman victoria hingga modern (transisi feodal-kapitalis). Dilahirkan pada tahun kematian Charles Darwin dan mengakhiri hidupnya pada saat dimulainya perang dunia II, Woolf mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan dirinya kedalam sungai Ouse dikarenakan depresi dengan keputusasaannya karena inggris diserang oleh jerman.
Woolf sendiri hidup dalam keadaan gangguan mental. Karya-karya Woolf dilatar belakangi oleh keadaannya yang beragam pada waktu itu, permasalahan diri sendiri maupun lingkungan sosialnya sehingga membawa dia pada tulisan-tulisan yang telah banyak diterbitkan hingga kini.
Buku ini membahas kritikan terhadap budaya patriarki dalam bidang sastra, ketidaksetaraan gender, dan juga modernitas alur serta matrealisme dalam dunia sastra.
Sebagai pembuka buku ini anda akan di sajikan oleh pembahasan perempuan dan fiksi, penulis menanyakan terkait apa yang pembaca pikirkan setelah mendengar kata perempuan dan fiksi. Bagaimana perempuan dapat menulis fiksi atau perempuan dan fiksi yang ditulis tentangnya ataupun penggabungan antara keduanya.
Namun yang mengejutkan adalah penulis tidak menjawabnya dalam penerangan yang penjang lebar seperti penceramah namun mengkongkritkannya dalam bebeberapa kalimat diantaranya: Seorang perempuan harus memiliki uang dan ruang sendiri jika ia ingin menulis fakta.
Penulis pun memberikan keterangan melalui beberapa cerita yang tertuai dalam buku ini mengenai kalimatnya tersebut. Penulis bercerita mengenai pengalamannya saat hendak memasuki sebuah perpustakaan kampus di Inggris, namun ia di cegat oleh penjaga perpustakaan tersebut dengan alasan seorang perempuan tidak bisa memasuki perpustakaan jika tidak memiliki surat pengantar. Iapun lantas pergi dan dalam pikirannya ia bertanya-tanya, mengapa demikian? Ia lalu melewati beberapa gedung-gedung besar yang diduduki oleh para lelaki yang memiliki jabatan tertentu, laki-laki dalam keadaan apapun dibandingkan perempuan.
Dalam dunia sastra para sastrawan lelaki selalu menggambarkan perempuan sebagai dewi mereka, namun dalam keadaan nyata perempuan hanya dijadikan sebagai objek seksual dan budak rumah tangga, seperti Shakesper pengarang Romeo dan Juliet yang digambarkan saling mencintai hingga rela menggorbankan nyawa, nyatanya ia juga mengkritisi persoalan sastra lebih khususnya puisi yang dibuat sebelum perang dunia, puisi yang diputar ketika para raja-raja atau para tuan tanah sedang merayakan pesta, ia mengutuk para sastrawan.
Bagaimana mungkin mereka menjadikan perempuan sebagai objek dalam karya? Seolah-olah perempuan benda yang dapat dirubah kapanpun. Ia juga mempertanyakan keberadaan perempuan pada saat itu, mengapa perempuan tak seperti para lelaki yang memiliki hak istimewa? Apa yang salah dengan pikiran perempuan saat itu ? Bagaimana keadaan perempuan pada saat itu sehingga kaumnya sangat dimiskinkan ? Dan bagaimana keadaan perempuan-perempuan sebelumnya?
Setelah berbagai pertanyaan tersebut dilontarkan, pembaca akan dibawah pada alur yang membahas terkait keadaan perempuan di Inggris pada masa itu, dan sebelumnya. Dia kemudian menemukan suatu keadaan bahwa perempuan dimiskinkan oleh budaya patriarki.
Pada saat itu, tak akan ditemukan seorang perempuan sebagai ahli sastra, sains, filsafat bahkan agamawan, sebab perempuan tak pernah diberikan ruang milik sendiri agar dapat menentukan dan mewujudkan apa yang mereka inginkan. Keadaan perempuan pada saat itu digambarkan oleh penulis, bahwa pada usia kanak-kanak ia dipersiapkan oleh orang tuanya untuk dijodohkan dikemudian hari, mengajarkannya pekerjaan domestik: Memasak, mencuci, menjahit membersihkan rumah dan berbagai pekerjaan rumah lainnya, tidak seperti saudara lelakinya, yang bebas pergi dan bergaul sesuka hatinya.
Pada usia 10 tahun ia sudah dijodohkan dan dipersiapkan untuk menikah, sehingga keadaan perempuan pada saat itu sangatlah terbatas pada persoalan dapur sumur dan kasur.
Keadaan ini yang kemudian menjadi permasalahan seorang perempuan dalam kondisi sosial, bahwa perempuan sebenarnya dimiskinkan oleh budaya dan dikuatkan oleh seluruh lini sosial baik dunia sastra, filsafat maupun doktrin-doktrin keagamaan.
Sehingga penulis menyimpulkan bahwa jika perempuan ingin merubah keadaannya mereka harus memiliki ruang dan uang milik sendiri ini jelas berkaitan erat dengan matrealisme, keberadaan yang diakui serta materi yaitu uang yang dimiliki, dengan itu perempuan dapat merubah fiksi maupun menentapkan fakta dalam dunia sastra.
Zaman modernias menjawab hal tersebut dengan terbuka lebarnya kesempatan bagi siapapun yang memiliki kemampuan, tidak memandang gender ataupun fisik, yg diutamakan ialah skill dan keahlian.
Redaktur: Sahrul Fahmi
Increase your intake of foods high in potassium precio priligy 30 mg
They can also be given as a nonstop infusion priligy amazon canada Monitor renal function in patients with renal or hepatic impairment, heart failure, dehydration, or hypovolemia during use of naproxen tablets see Drug Interactions 7