Makassar, cakrawalaide.com – Masalah masalah sains berkaitan dengan tuhan merupakan pembahasan yang paling abstrak dikalangan pemikir saintifik terutama barat tentunnya,bahakan tuhanpun ditiadakan dalam pengatahuannya,tuhan dikesampingkan dalam masalah pengetahuan mereka,lantas jika tuhan dikesampingkan dalam pengetahuan,lalu apa nilai dari semua itu?,dan menghasilkan pengetahuan yang tak bernilai dan menemukan titik abstrak para ilmuan sains,bahakan sampai sampai mereka menemukan titik kebuntuan dalam persoalan ini,mengapa demikian,bahwa para ilmua mengkaji alam ini dan menemukan bahawa materi dalam kajiannya menemukan yang nama ruang hampa,atau bahasa enstain substratum,yang tidak bisa mereka ketahui,sampai disini sains seperti yang penulis katakana mengalami kebuntuan, lantas apakah ruang kosong tersebut?,mengapa sampai tidak ada penilainnya,? Dan bagaiman islam memandang sains ini?. Sebelum membahas lebih jauh,mari kita membahas sains atau fisika dalam pengertian barat,dan apa sebenarnya materi itu dalam pandangan mereka.
Lanjut membahas mengenai hal diatas tentunya dalam sejarah sains terah banyak mengalami berubahan dan beberapa penemuan-penemuan oleh para pemikirnya,tentu kita tidak lewat pembahasan ini,terutama mengenai relatifisme,kaum ini mengakui adanya realitas objektif akan tetapi berdasarkan penilaianya mereka mengingkarinya,salah satunya adalah Imanuel Kant. Kant dalam hal ini merumuskan dua pon yaitu analitik dan sintetik,membehas mengenai kedua poni ini yaitu anlitik itu merupakan mensifati benda tanpa meninjau lebih dalam lagi,atau tnpa mengklarifikasi,seperti benda itu memuai dan segitiga itu tiga sisi,jadi suatu penilaian yang tidak ditambahkan pada benda tersebut,berbeda dengan sintetik,putusan ini kita mengetahuai lebih dalam dari benda tersebut,atau penilaian diluar dari benda itu,putusan sintetik ini sperti benda-benda itu berat panas memuaikan partikel-partikel bendawi,dua tambah dua sama dengan empat. Inilah dua putusan yang di kemukan oleh Imanuel Kant, seperti pembahasan ditas kalau kita tarik labih rinci maka putusan analitik satu penilaian yang sifatnya pada benda kemudia putusan sintetik terbagi dua yaitu primer dan sekunder,mengenai primer ini terkait sebelum adanya pengalaman namun tetep ada dalam pikiran dan persoalan ini sudah bisa di nilai seperti dua tambah dua sama sengan empat,dan sekunder terdapat dalam pikiran setelah pengalaman seperti panas dengan batu yang disinari matahari.jadi dalam hal ini ada ide bawaan dan ada pengetahuan yang di ambil dari luar pikiran,tentu tidak serta merta pandangan ini berdiri kokoh,dalam analisis filsafat islam bahwa Kant dalam konsepnya itu sintentik tapi ia berakhir pada analitik.
Kant dalam doktrin emperisnya ada dua putusan seperti yang kita bahas,yaitu putusan analitik (metafisika) sebagaian realitas objektif di akui diluar pikiran,putusan sintetik ada primer dan sekunder,primer matimatika dan sekunder sains alam,kedua hal ini berada di dalam pikiran,kalau kita analisis bahwa Kant dalam metafisikanya sangat realis,karena mengakui sesuatu diluar pikiran,kan tetapi penilainnya berakhir kebuntuan,dan sintetik hanya berakhir ke analitik lagi,karena untuk menemukannya Kant tidak mempunyai neraca pemikiran,karena sintetik ini ide bawaanya yang tidak ada diluar dari pikiran. Dan Kant tidak mampu menjalaskan metafisikanya kerena neraca pengetahuannya adalah emperis,dan tidak bisa ia nilai di alam,Kant berakhir pada idealism menganai pengetahuannya apa lagi persoalan ketuhanan,Tuhan berada dalam pikiran Kant,akan tetapi tidak bisa dinilai,maka ia mengeluarkan digtum sesuatu pada dirinya yang tidak diketahuai,kembali lagi menjadi analitik Sesutu pada sesuatu. Inilah pengetahuan dalam pandangan Kant dan sangat berpengaruh di dunia,mari kita tinggalkan pemikiran kant,kita akan melanjutkan pembahasan ini dalam sekeptisme saintifik,sekeptisme ini dipopulerkan oleh behaviorisme yang mengukur sesuatu dari perilaku manusia,dan titik analisisnya perilaku gerak tubuh,atau bisa dikaitkan denga psikologi,mereka menganalis perilaku manusia dari apa yang ia lihat,bukan kenapa manusia berbuat seperti itu,tanpa ia klarifikasi terlebih dahulu. Mereka memulai dari akibat,bukan dari sebab,ia menggunakan saintifik gerak dalam penilaiannya. Kaum ini menemukan titik pengetahuannya atas dari eksperimen Pavlov yang menyatakan dukungan besar yang memungkinkannya untuk menyatakan multiplisitas stimultas yang diterima oleh manusia dikarenakan pertumbuhan dan peningkatan stimultan tersebut dengan cara pengkondisian (falsafatuana hal 123). Pernyataan ini menganalisa fisika kemudian memindahkannya ke manusia dengan garak perilaku,tanpa diketahui apa tujuan perilaku tersebut,dan meneliti tentang gerak jadi menilai fisik manusia seperti seperti benda fisika, maka pemikiran behaviorieme ini berakhir pada skeptisme saintifik sebab mendudukkan nilai dikepala karena hanya perilaku manusia yang di analisis,pikiran tergantung stimulasi kondisi ,kondisi yang determinan. Kita tak perlu menghawatirkan ini,selama pemikiran kita masih dalam struktur epistemic tidaklah untuk kawatir dalam hal ini,dan toeri ini juga telah di tolak dibarat, mari kita melanjutkan kajian ini dalam pandangan fisika bagaimana ia memahami materi itu,pokok-pokok pembahasan ini merupakan kesimpulan bahwa sampai kajian yang mendalam secara umum bahawa dunia ini niscaya secara esensial,atau alam ini senang tiasa bergerak,barat maupun muslim sepakat akan hal ini,namun dalam struktur gerak mempunyai pemahaman yang berbeda,seperti tulisan saya yang lalu mengenai gerak subtansial,kita telah membahasnya,namun bagaimanakah materi dalam perspektif fisika?,ini yang akan kita kaji. Apakah sumber utama materi itu yang meniscayakan ia secara esensial? Apakah materi itu ada dengan dirinya sendiri atau ada yang mengadakan diluar dari dirinya?,mari kita ambil contoh untuk tujuan klarifikasi dalam falsafatuna misalnya kursi hanya bentuk yang dihasilkan oleh serangkaian materi kayu,itulah mengapa kursi kayu tidak bisa ada tanpa ada materi kayu,jadi kayu disebut sebagai sebab materi dari kurs kayu,karena mustahil kursi kayu ada tanpa adanya materi kayu tersebut.
Akan tetapi sebab materi ini bukan sebab hakiki dari adanya kursi kayu tersebut,karena materi dan kursi tidak akan menjadi berupa bentuk kalau tidak ada yang membuatnya yaitu tukang kayu tersebut yang kita sebut sebab efisien,jadi disini kita bisa bedakan yang mana sebab materi dan sebab efisien. Dalam contoh tersebut kita bisa menarik sebuah hipotesa bahwa apakah agen atau sipembuat dunia ini apakah sipembuat dunia ini terlepas dari ciptaannya,seperti yang kita contohkan di atas,ini lah masalah yang akan menentukan tahap akhir dari pertentangan filosofis antara materialism dan teologi, kita telah membahasa sebelumnya bahwa dialektika yang berupaya mencari dan merumuskan persoalan ini dan berakhir kebuntuan dengan teori kontradiksinya,mari kita membahas persoalan ini lebih lanjut dalam sejarah sains ada dua pemikiran yang telah dipelajari selama ribuan tahun,menganai unsur sederhana materi yang tersusun sangat kecil yang disebut atom. Pemikiran ini pertama kali di kajia dalam sejarah yunani yang mengemukakan bahwa unsur-unsur dialam ini melingkupi air,udara,bumi,dan api sebagai unsur sederhana yang mereduksi seluruh benda kerena unsur-unsur tersebut bahan utama alam ini. Kemudia teori disjugtif merupakan teori atomistic yang di temukan oleh Demokritus,yang mengemukakan bahwa benda tersusu dari bagian-bagian kecil yang ditembus dari kehampaan,dan menyembutkan bagian-bagian ini adalah atom,dan bagian ini katanya adalah sesuatu yang tak di bagi,jadi dasar dari teori kehampaan itu dari teori demokritus atau yang bisa dikatakan ruang kosong, jadi dalam hal ini atom-atpm itu yang tersusun sangat kecil,kemudian teori berkelanjutan,teori ini dikemukakan oleh aristoteles bahwa suatu benda tidak tersusun dari bagian-bagian terkecil melainkan banda solid yang dibagi menjadi bagian-bagian,terjadilah perbedan pendapat di antara pemikir ini,akan tetapi kita bisa manrik kesimpulan bahwa pahaman kedua pemikir ini ada kesamaan dalam bagian-bagian teori yang dikemukakannya tersebut,kemudian perbedaan pendapat ini berlanjut sekian lama dan menghasilkan penemuan baru elektorn,proton dan neutron,ketiga hal ini saling terkait electron sebagai unsur negative dan proton sebagi unsur positif,dan neutron sebagai penetral dalam hal ini,namun tidak lupa bahwa ada inti atom dalam kaitan hubungan ini,jadi kita bisa berimajinasi mengenai hal ini,bahwa di alam ini ada keterhubungan ketiga teori tersebut,akan tetapi dalam hal ini semua merupakan bagian bagian terkecil yang mempunyi sifat positif,negative dan netral,apakah yang menghubungkan ketiga ini yang sifatnya berbeda-beda,lalu apakh fungsi dari netral itu yang tidak berpengaruh dalam positif dan negative, dalam kaitan ini adalah perbagian,dan setiap bagian itu dapat dibagai hingga unsur-unsur sngat kecil,bahkan sampai tak terbataspun dan menemukan titk yang namanya ruang hampa,nah dimanakah kesederhanaan meteri ini?,dikalangan para fisikawaan?,apa arti materi dalam hal ini,sebab titik temunya ia ruang hampa tersebut bahka Einstein seorang ilmuan tersebsarpun menemukan titiknya pada substratum sama dengan Hegel,substratum ini yang mendasar pada materi yang tidak diketahui,kalau dalam bahasa filsafat nonmateri. Dan paruh abad dua puluh pun para fisikawan menemukan lebih dari seratus partikel elemnter lebih berat dari nucleon sehingga orang mulai curiga bahwa partikel elementar bukanlah bagian terkecil dari benda,neutron,proton dan partikel-partikel elementer bukanlah unsur sederhana dari benda hingga penemuan terkhir adalah partikel-partikel quark,yang sampai saat ini belum ditemukan subpartikelnya,jika demikian adanya lantas apakah meteri itu,yang tak terhingga,sampai titik yang tidak diketahuai lagi oleh para ilmuan fisika?,apa yang menghubungkan materi ini hingga menjadi sebuah sesuatu yang tersusun?,disini munculah berbedaan antara idealism dan meterialisme,yang idealism objek realitas hanya ada di idenya dan materialism hanya pada meteri,akan tetapi kedua pedebatan ini tidak menemukan titik hubunganya terjadilah dualitas,lantas bagaiman filsafat islam menaggapi hal ini?.
Pada pembahasan sebelumnya telah kita bahas mengenai pandangan fisika mengenai materi di alam ini,ada beberapa pendapat mengenai hal tersebut,baik fisika klasik maupun fisika modern. Dalam pandangan fisika kita bisa menarik suatu kesimpulan dari beberapa pembahasan yang lalau bahwa materi dalam fisika itu adalah energi,materi dalam percepatan konstanta,massa berbanding lurus dengan energy melalui percepatan cahanya. Dengan hal ini materi tidak menemukan titik kesederhanaanya,kerena materi senang tiasa berubah sesuatu sistem yang berlaku baginya,lantas apa yang paling mendasar atau sebab efisien dari alam ini menurut pandangan fisika?, tidak lain hanya asumsi yang mereka letakkan,akibatnya muncul pendapat yang beragam bahakan Einstein menyebutnya substratum,dan Kant menyebutnya sesuatu pada dirinya. Kesimpulan fisika modern bahwa materi itu satu realitas dalam beragam unsur,dan formasi yang beragam misalnya, energi dalam ruang lingkupnya mempunyai titik titik kecil yang berada di dalamnya yang disebut beragam,keberagaman ini dan energy saling berkaitan satu sama lain. Materi yang bercampur tersebut hanya bersifat aksidental misalnya H2O, maka air tersebut merupakan hal-hal yang aksidental yang kembali pada energy yang beragam tersebut,artinya air dalam posisi ini bukanlah ha yang subtansial kerena air tersebut bisa berubah menjadi yang lain,disini kita bisa menemukan bahwa air hanyalah aksidental dari H2 dan O2,yang saling membutuhkan,jika kedua hal ini terpisah maka air tersebut tidak mempunyai suatu eksistensi. Jadi apakah subtansi materi dalam pandangan fisika?,seperti pembahasan pertama diatas bahwa subtansi dalam pandangan fisika itu ialah energi,jika subtansi materi itu adalah energi,berarti sebab efisien alam ini adalah energi menurut pandangan fisikawan,hal demikian yang disebut energy pun tidaklah hakiki dalam pandangan islam, Baqir Sadr mengatakan bahwa energy itu tidaklah hakiki karena ia mengalami proses perubahan menjadi massa,dan massa menjadi energy, jadi yang disebut energy itu tidaklah tetap,dan senagtiasa bergerak,ia juga bergantung pada yang lain,dan energy itu dalam pandangan barat ia bisa sebut tuhan,bagaimana kita bisa menyebutkan Sesutu yang bergantung pada Sesutu kita sebut ia tuhan?,dalam kaitan energy ke massa dan massa ke energy ini merupakan proses daur yang tidak mempunyai arah tujuan,mustahil bukan?,artinya ada dua unsur titik yang berubah-ubah antara massa dan energy tidak tetap,seperti pandangan fisikawan.
Kita tidak menemukan kualitas yang esensial misalnya atom,atom tidak akan menjadi atom terusmenerus,begitupun dengan unsur-unsur lainnya yang juga mengalami perubahan. Materi bukanlah subtansi,sebagaimana massa juga bukanlah esensi dan kualitasnya tidak tetap,karena dalam hal ini ia senagtiasa mengalami perubahan seperti helium tidak akan menjadi helum terus-menerus,begitu pun juga dengan air ia tidak tetap menjadi air kerena buktinya air bisa menjadi uap. Jadi materi dalam sains fisika adalah perubahan relative, pembahasan ini dalam filsafat islam ingin menemukan materi yang tidak berubah dan menjelaskan secara filosofis dan tetap tidak keluar dari kaidah ilmiah dan bisa kita indra. Analoginya ada meteri yang di indra bergerak da nada materi yang di indra tidak bergerak,filsafat islam ingin menemukan materi yang tidak bergerak itu dan sekali lagi melalui kaidah ilmiah,filsafat islam tidak akan keluar dari hal yang ilmiah. Dan untuk masuk dan menjelaskan hal ini perlulah kehati-hatian agar kita tidak keluar dari kaidah ilmiah dan berakhir idealism,kita harus menemukan struktur untuk tahap ini.
Kesimpulan filosofis,kita kembali pada pembahasan sebelumnya bahwa ada materi dalam fisika dan ada materi filosofis. Dalam pandangan fisika sebab efisien dari alam ini adalah materi,jika ini benar berarti tidak ada hal yang esensial di alam ini, lantas apakah yang tetap?,atau yang mutalak?,jika kita mengikuti pandanagan fisika kita akan terjerumus dalam ketergantungan yang juga bergantung pada sesuatu yang lain,kemanakah arah materi ini,yang dalam filsafat islam tidak tetapi dan terus berubah?,kita akan menelusuri hal ini. Ada sebab efisien dan ada sebab materi dalam pandangan kita islam,bahwa ia bersama tapi tidak menyatu,berbeda dengan dalam pandangan fisika sebab efisien dan sebab materi menyatu,jika pandanga fisika menyebutnya menyatu maka tidak ada hal esensial di alam ini,kerena kerena sebab efisien dan sebab materi berubah-ubah tidak hakiki. Pandangan metafisika islam akan menjelaskan prinsip ini,bahwa ia bersama tapi tidak menyatu.jika kita terima pandangan fisika mengenai sebab efisien dan sebab materi itu menyatu maka terjadilah kontradiksi pertentangan,yang akan juga merembes pada gugurnya prinsip Tauhid dan ke esaan Tuhan. jika materi tidak bersifat esensial (sebab efisien dan sebab materi) jika kedua hal ini saling bergantung maka ada sesuatu yang lain diluar dari kedua hal ini yang diman sebab efisien dan sebab materi bergentung pada sesuatu tersebut.
Kita akan menemukan kemustahilan jika Sesuatu itu juga bergantung pada yang lain,maka tidak ada artinya hidup ini,yang saling bergantungan,tidak ada yang mutlak dan hakiki tempat kita bergantung padanya,jadi apakah kita manusia bergantung pada sesuatu yang sesuatu itu juga bergantung pada yang lain,jika ini benar maka kita masuk dalam kehampaan hidup,lalu apa artinya ibadah perilaku kita selama ini. Dalam pandangan filsafat islam hal-hal dalam fisika itu tidak esensial,karena kedua hal ini sebab efisien dan sebab materi saling bergantung,jika ini diterima oleh manusia maka gugurlah prinsip Tauhid dan makna penciptaan tidak ada artinya,matafisika islam harus membuktikan pandangannya melalui materi untuk menjelaskan hal ini,metafisika islam tetap dalam kaidah ilmiah dan materi untuk menjelasakn persoalan ini,bukan diluar dari hal-hal yang ilmiah,fisika telah menjelaskan hal ini melalui hal ilmiah,akan tetapi pembahasan tersebut berakhir relative tidak ada kemutlakan,metafisika islam akan membuktikan sesuatu yang hakiki yang tidak bergerak itu melalui hal yang ilmiah dan materi serti yang dilalui fisikawan, ini akan dibahasa dalam kajian berikutnya tapi sebelum itu,kita masuk dalam pembahasan filsafat fisika,bagaimana pandangan filsafat mengenai fisika.
Dalam filsafat fisika untuk menemukan suatu kejelasan fisika atau padangan filsafat mengenai fisika,pembahasan ini akan menuju pada hubungan kosmologi,manusia dan pencipta, atau makrokosmos dan mikrokosmo, dan mengkaji apa keterkaitan hubungan ini,yang pembahasan di barat sudah terjerumus dalam dulitas,akan tetapi pandanagan islam akan merumuskan ini dengan menemukan kaitan,relevansi ketiga hal ini. Dalam pembahasan ini kaitanya dengan alam,jiwa dan Tuhan,alam dalam hubungan dengan hal-hal yang materi,jiwa hubungannya dengan presepsi dan tuhan kita sebut nonmaterial,alam disini posisinya dalam kaitan dengan fisika,dan jiwa mempersepsi alam dengan hal-hal yang ia lihat secara ilmiah,dan nonmaterial itu dalam kacamata filsafat,kita ingin mendudukkan fisika dan filsafat dan menghubungkannya melalui metode teortis,kemungkinan dan keniscayaan,keniscayaan ini akan kita tasdik di alam melalui kemungkinan yang ada pada materi.
Kita sering menghadapi fonomena alam ini,melihat sesuatu yang kajadian-kejadian yang membuat kita memperesepsi sesuatu tersebut,tapi kadangkala kita melihat sesuatu tapi kita tidak mempunyai pahaman tentangnya,misalnya kita berjalan disuatu tempat yang baru kita melihat suatu fenomena,di tempat tersebut,akan tapi kita dengan sendirinya tidak mempunyai pahaman tentanggnya,padahal kita melihat dengan mata indrawi kita,kita juga sering berjalan di tempat yang sering kita temui akan tetapi kita melihat beragam fenomena tersebut,tapi hanya ada beberapa yang kita pahami,ini diakibatkan dari beberapa hal tersebut kita hanya memfokuskan pandangan kita dengan objek tertentu,misalnya juga anak kecil yang berumur satu tahun setengah,yang mempunyai indar penglihat,kita menunjukan suatu benda padanya,misalnya benda tersebut pulpen,anak kecil tersebut melihat benda yang kita perlihatkan,akan tetapi apakah anak tersebut mempunyai konsep tentang pulpen tersebut,tentunya kita bahwa anak melihat benda atau pulpen itu,akan tetapi jelaslah bahwa ia tidak mempunyai pahaman mengenai hal itu,dari penjelasan ini,kita merujuk bahwa hal-hal yang kita lihat,belumlah tentu kita punya pahaman mengenai hal itu,jadi apakah yang membuat kita menangkap hal yang kita indrai?,dan mempunyai konsep tentangnya,padahal sebagaimana kita tau bahwa banyak yang kita lihat di alam ini,tapi kita tidak mengetahui hal tersebut,jadi fungsi indra dalam hal ini apa?.yang artinya bahwa,kita akan mengetahui sesuatu hal tersebut jika kita punya pahaman tentangnya,dan yang mengawali konsep tersebut adalah imajinasi,yang memberi gambaran mengenai hal tersebut,melihat hanya sebagai dimensi presepsi indra,kemudian akibatnya muncul presepsi korporeal,informasi primer yang masuk dalam imajinasi.
Melihat dalam hal ini belum tentu kita mengetahui secara ilmiah karena dalam hal ini biasanya kita tidak punya pahaman tentang objek pengetahuan tersebut,maka posisi konsep ini,ialah menangkap bentuk yang kita lihat secara ilmiah,masalah benar atau tidak konsepe tersebut itu masalah lain,yang jelas kita paham terlebih dahulu bahwa konsep kita yang menangkap bentuk yang ada diluar diri kita,jadi ada perbedaan antara mengindra dan mengetahui (informasi). Dari penjelasan ini kita bisa tarik beberapa poin seperti,kita mempersepsi secara indrawi belum tentu kita mengetahui apa objek yang kita presepsi tersebut,kemudian kita melihat fenomena di alam ini ketika kita berada di suatu tempat,jangkauan penglihat kita bisa lihat hal-hal yang ada disekitar kita,tapi kita tidak mengetahui hal tersebut karena kita tidak mempunyai tujuan untuk ke arah itu,juga kita melihat sesuatu itu jauh ia akan menjadi kecil dan besar ketika ia dekat dengan kita,misalnya pesawat terbang,perubahan besar dan kecil tersebut dipengaruhi oleh dimensi korporeal (imaji),jika kita melepaskan presepsi kita tentang hal tersebut pesawat maka ia tidaklah mempunyai nilai pada dirinya,karena yang memberi nilai itu hanya pada subjek manusia.
Banyak hal-hal yang kita lihat secara fisik tapi kita tidak mempunyai konsep tentangnya,misalnya proton,electron,dan listrik,kita mengetahui ketiga hal ini,dan tidak ada yang membantahnya,akan tetapi bagaimanakah bentuk fisik electron,proton dan listrik tersebut?,apa yang ada dalam pahaman kita mengenai ketiga hal ini,dalam padangan fisika hanya electron dan proton di lekatkan dalam positif dan negatif,akan tetapi ini merupakan penamaan atau symbol yang dilekatkan,tapi sebagaimana diri electron dan proton secara bentuk fisiknya itu bagaimana?,begitupun juga listrik,ini realitas yang ada pada alam ini,akan tetapi bentuk fisiknya tidak bisa kita presepsi apa lagi konsepsikan. Berbeda dengan denga emas,perak dan hap,kita bisa punya konsepsi mengenai hal ini karena objek fisiknya ada secara ilmiah. Persoalan electron,proton dan listrik tersebut hanya persolan pemaknaan yang pada dirinya tidak kita punyai pahaman tentang hal itu,persoalan pemaknaan tidak jadi persolan ini bukanlah suatu masalah,akan tetapi kita ingin mencari objektifikasi fisiknya. Persoalan ini kita ingin memahami filsafat dalam fisika,atau jalan untuk sebuah tadik dalam hal wujud.
Dari sini kita bisa membuat suatu hipotesis apa yang disebut materi. Materi dalam fisika menurut filsafat yang mengalami perubahan tersebut secara fisik kita berhubungan dengannya,misalnya panas dan dingin kita rasakan,tapi panas dan dingin tersebut bergradasi (mengalir),namun hal ini pun kita rasakan panas dan dingin itu dalam proses perubahannya ini disebut konsep. Sekarang dalam hal ini bagimana korporeal panas dan dingin tersebut?,bisahkah kita mengkonsepsikan sesuatu tanpa ada objek fisiknya,maka dalam hal ini kita bergantung pada fisik untuk menilai sesuatu maka tasdik bergantung pada objek,ini disebut tadik. Sekarang untuk tujuan realime dalam hal iniobjek fisik panas dan dingin pada dirinya,yang terlepas dari presepsi?. Untuk itu kita mendudukkan persoalan ini dalam materi,bahwa materi dalam fisika itu bergerak,akan tetapi dalam filsafat islam itu tetap,kenapa demikian sebab materi tidak berubah,misalnya materi kayu,yang kita ubah menjadi kursi dan bisa juga kita merubah menjadi maja,dalam hal ini materi tidaklah mengalami perubahan,akan tetapi bentuklah yang mengalami perubahan,ingat dalam hal ini jangan kita menganalisis contohya,contoh hanya mendekatkan kita pada objek pembahasan.
Jadi sebanarnya dalam hal ini yang bergerak disebut formanya (bentuk) ingat dalam gerak subtansi yang kami pernah bahasa dalam tulisan sebelumnya,bahwa materi bisa menerima berbagai forma,maka yang disebut materi dalam fisika itu bentuk,sebab bentuk yang mengalami perubahan,dan materi yang dalam filsafat itulah materi yang tetap,disini terjadi perbedaan pemahaman. Artinya filsafat islam pada fisika bagaimana melihat filsafat ini dalam fisik,hal ini kita ingin menemukan kesimpulan bahwa apa yang dimaksud materi dalm filsafat fisika,sadangkan kita mengetahui sebelumnya bahwa fisika memandang materi itu bergerak,mengalir non eksis. Kata yang kita sebut proton dan electron hanya pahaman yang kita tidak punya korporeal padanya,jadi apaun yang kita katakana menganai hal tersebut hanya berupa kesepakatan,karena tidak sepadan dengan yang kita rumuskan,kita hanya merepesentasekan yang kita katakan. Jadi hal hal yang kita tidak punya korporeal hanya peletakan untuk objek tersebut,bukanlah sesuatu yang sepadan dengan objek pada dirinya,inilah perbedaan metafisika islam dan fisikawan dalam hal materi.