Meski Mati Masih Berani
Kopi pertama malam ini
Pekat, seperti kisah
Yang di kubur hidup-hidup
Seperti sejarah kelam
Yang coba di redam
Bukan peluru yang menembus jantungnya
Bukan pula bom yang meluluhlantahkan perjuangannya
Tapi.. ketakutan dan kecemasan yang menyisakan tanda tanya
Kenapa kau di bunuh?
Kenapa kau di bunuh? Kenapa kau dibunuh?
Apa karena kau seorang pembela HAM?
Atau karena otoritarian dan militeristik lebih kokoh
Hingga mati karena benar
Itu sudah jadi hal yang biasa?
Mereka tahu kau di bunuh
Dengan konspirasi-konspirasi indahnya
Tapi mereka tiba-tiba saja bisu
Mereka tiba-tiba saja buta dan tuli
Dan mereka tak peduli
Airmata dari anak dan istrimu
Yang telah membuatkan secangkir kopi
Hangat penuh cinta
Dan berharap kau pulang
Dengan senyum yang tersungging di wajahmu
Kini Yang tersisa hanya luka
Dari sepercik api
Yang mereka nyalakan
Meski kepergianmu..
Menjadi belati dalam batin
Kami masih mengumandangkan
Ayat-ayat perjuanganmu
Yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan
Seperti merawat ingatan kami
Tentangmu, yang meski mati masih berani
Selamat malam Munir..
Meski mati masih berani
Penulis : Nurwana