ist / Foto : Google
ist / Foto : Google

Kopi pertama malam ini

Pekat, seperti kisah

Yang di kubur hidup-hidup

Seperti sejarah kelam

Yang coba di redam

Bukan peluru yang menembus jantungnya

Bukan pula bom yang meluluhlantahkan perjuangannya

Tapi.. ketakutan dan kecemasan yang menyisakan tanda tanya

Kenapa kau di bunuh?

Kenapa kau di bunuh? Kenapa kau dibunuh?

Apa karena kau seorang pembela HAM?

Atau karena otoritarian dan militeristik lebih kokoh

Hingga mati karena benar

Itu sudah jadi hal yang biasa?

Mereka tahu kau di bunuh

Dengan konspirasi-konspirasi indahnya

Tapi mereka tiba-tiba saja bisu

Mereka tiba-tiba saja buta dan tuli

Dan mereka tak peduli

Airmata dari anak dan istrimu

Yang telah membuatkan  secangkir kopi

Hangat penuh cinta

Dan berharap kau pulang

Dengan senyum yang tersungging di wajahmu

Kini Yang tersisa hanya luka

Dari sepercik api

Yang mereka nyalakan

Meski kepergianmu..

Menjadi belati dalam batin

Kami masih mengumandangkan

Ayat-ayat perjuanganmu

Yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan

Seperti merawat ingatan kami

Tentangmu, yang meski mati masih berani

Selamat malam Munir..

Meski mati masih berani

 

Penulis : Nurwana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *