Ilustrasi Pendidikan Alat Perlawanan./ Sumber : www.google.com

Judul Buku : Pendidikan Alat Perlawanan, Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire
Penulis        : Siti Mutiningsih
Penerbit      : Resist Book
Tahun          : Oktober 2004
Tebal            : xii + 128 halaman

Cakrawalaide.com, – Pendidikan alat perlawanan karya Paulo Freire merupakan sumbangan yang sangat penting bagi dunia pendidikan. Dengan latar belakang kemiskinan yang terdapat pada masyarakat Brazil yang menjadi bagian menggantungkan hidupnya, Paulo Freire berhasil membongkar praktik-praktik pendidikan yang menurutnya tidak menempatkan manusia sebagai manusia. Usaha Freire pada dasarnya ingin membangkitkan kesadaran masyarakat untuk berjuang melawan penindasan yang telah dirawat oleh pemerintah dengan berperan aktif mengubah realitas yang ada ke arah yang lebih manusiawi dengan beberapa teorinya tentang pendidikan.

Pendidikan pada hakikatnya adalah penyadaran manusia atau membawa tingkat kesadaran manusia lebih tinggi, dalam artian manusia mampu melihat realitas alam dan dunia serta diharapkan mampu mengubahnya dalam bentuk revolusi. Pendidikan pada hakikatnya tidak mengenal akhir karena kualitas kehidupan manusia terus meningkat. Persoalan pendidikan bukanlah terutama pada target pengetahuan yang ditetapkan, melainkan pada bagaimana orang dapat berinteraksi atau berdialog dengan situasi dan kondisi jamannya.

Paulo Freire mengembangkan pemahamannya tentang pendidikan dari pandangan mendasarnya yang banyak dikritik orang, yaitu bahwa dunia hanya terbagi atas 2 kelompok : kelompok penindas dan kelompok tertindas. Setiap orang pastilah menjadi bagian dari salah satu kelompok, entah dia si penindas ataukah si tertindas. Dalam kerangka pemahaman ini, praktik belajar-mengajar yang banyak terjadi sebelumnya dapat dipandang sebagai pendidikan yang menindas karena hanya melakukan proses “satu arah” dari guru kepada murid.

 Paradigma yang mengandalkan hafalan ini berwatak pasif, tidak menyulut keberanian, penalaran dan kreativitas, padahal nalar dan kreativitas inilah yang dibutuhkan oleh rakyat tertindas untuk melawan, pendidikan semacam ini biasa disebut sebagai pendidikan gaya bank. Dimana peserta didik adalah tabungan dan pendidik sebagai penabung. Pandangan tentang pendidikan semacam ini pada praktiknya cenderung bersifat otoriter dan menghalangi kesadaran peserta didik untuk berkembang. Aktivitas pendidikan kemudian berbelok menjadi tindakan-tindakan menundukkan peserta didik terhadap nilai-nilai dan norma budaya yang ada di masyarakat, dimana pendidik berperan sebagai agennya. Sebagai ganti sistem di atas, Freire menawarkan sistem hadap-masalah. Selain itu sistem pendidikan ini mengandung proses dialektis.

Pada buku ini di bab terakhir Freire mencoba mengurai tiga teori tingkat kesadaran masyarakat yang terhadap pembaca diharapkan mampu mengintrospeksi diri.

Pertama yaitu kesadaran mistis atau pemahaman bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah menjadi kehendak yang Maha Kuasa dan tidak dapat lagi diganggu gugat, pemahaman seperti ini akan mengungkung kesadaran masyarakat dalam nengahadapi dunia yang realitas ini, sehingga masyarakat pesimis terhadap dunia.

Kedua yaitu kesadaran naif  yaitu kesadaran dimana biasanya perkembangan ini digerakkan oleh kekerasan-kekerasan dan penindasan yang terjadi hingga pada titik klimaks. Pada wilayah ini masyarakat mulai sadar bahwa ia tertindas, hingga membawa mereka untuk melakukan gerakan protes. Kesadaran ini bersamaan dengan transisi sejarah yaitu munculnya kekuatan massa memaksa penguasa menerapkan cara baru dalam menangani masyarakat bisu.

Ketiga yaitu kesadaran kritis dimana masyarakat sadar akan realitas dunia bahwa ia telah mengalami segala bentuk penindasan oleh para penguasa yang telah lama dijadikan sebagai hegemoni status quo, dan ia sendiri mampu mengubah realitas itu atau setidaknya tidak ikut arus dalam segala bentuk penindasan. Itulah keunikan buku ini karena isinya mengandung teori kesadaran praktis dari Freire yang dapat langsung diukur terhadap diri sendiri, bahwa sebenarnya anda ada pada tingkat kesadaran yang mana ?

 

Penulis       : Aswin

Editor         : Icha

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *