The Menu dan Ironi terhadap Kultur kita saat ini

The Menu dan Ironi terhadap Kultur kita saat ini

Sumber: https://upload.wikimedia.org

Penulis: M. Alwi B

Film: The Menu

Sutradara: Mark Mylod

Produser: Betsy Koch dan Will Ferrell

Penulis: Seth Reiss dan Will Tracy

Genre: Horor komedi

Durasi: 105 menit

Rilis: 18 November 2022

Makassar, Cakrawalaide.com – Hawthron adalah restoran hight and fine dining berkelas tinggi dan dipimpin oleh Head Chef yang sangat terkenal Bernama Julian Slowaki. Restoran yang sering dikunjungi oleh orang-orang kaya (kelas atas) yang memiliki kepentingannya masing-masing. Restoran ini juga kemudian didatangi oleh Lillian (Sang kritikus) dan Ted (Sang penerbit), juga ada George Diaz (Sang selebriti) dan pacarnya Felicity, serta dihadiri oleh pasangan milyarder yang sudah menjadi pelanggan tetap yakni Richard dan Anne, lalu grup pebisnis kaya yaitu Bryce, Dave, dan Soren. Ada Tyler (Sang Fanboy) yang terobsesi akan makanan yang mewah, lalu ada Margot(Sang penyusup) yang bukan seorang kelas atas ataupun seorang yang penting, melainkan dia tidak memiliki kepentingan apapun, hanya diajak oleh Tyler sebagai teman kencan bayaran (pacar bayaran).

Tanpa kita sadari semua orang didalam restoran ini memiliki kepentingannya masing-masing selain dari pada menikmati makanannya. Yang pertama Sang Kritikus dan Sang Penerbit yang hadir hanya karena mencari kelemahan untuk mengkritiki makanan di restoran tersebut, mereka mencicipi hanya untuk membuat riview kritik yang bagus agar bisa diterbitkan, bukan benar-benar untuk menikmati makanan tersebut. Sang Selebriti sebenarnya datang hanya untuk mendapatkan perhatian oleh orang-orang karena karir nya yang sudah mulai turun dan dia bodoh amat terkait menu makanan yang ditawarkan oleh restoran tersebut.

Sang Milyarder, Richard dan pasangannya Anne – sudah menjadi pelanggan tetap di Hawthron bukan karena mereka benar-benar menyukai makanannya melainkan hanya untuk mempertahankan status sosialnya, bahkan pada salah satu adegan ia diminta oleh Chef Slowaki menyebutkan satu nama menu kali terakhir yang ia makan di restoran. Mereka bahkan tidak ingat satupun menu yang ia makan, mereka menggapai segalanya tidak penting selain dari pada uang dan status sosial.

Sedangkan Grup Pebisnis kaya hadir hanya karena inging diakui bahwa mereka sudah sukses agar bisa menyombong. Lalu Sang Fanboy seorang yang terobsesi di dunia kuliner, dalam restoran ada aturan yang melarang untuk memotret makanan serta ruang didalam restoran, tetapi Tyler Sang Fanboy tetap memotret makanan yang disajikan oleh Chef dan menganggap ini adalah kesempatan untuk memotret makanan di satu restoran yang ekslusif, Fancy dan artistic. Tayler adalah seorang fanboy yang bukan mengagumi melainkan seorang yang terobsesi dan mengeksploitasi hal yang ia obsesikan.

Semua orang yang makan di restoran ini memiliki egonya masing-masing dan tak peduli dengan karya dari Chef Slowik melainkan mereka pedulinya dengan status yang merekan emban setelah mereka datang dan makan di restoran ini. Namun ada satu orang yang tidak peduli akan semua hal tersebut, yaitu Margot. Margot yang tidak tertarik akan makanan-makanan yang disajikan membuat Slowik curiga dan sinis terhadap Margot karena ia seperti tamu yang tak diundang.

Semakin menu makanannya keluar satu persatu semakin intens dan tegang pula keadaan di restoran Hawhtron, semakin jelas juga sebenarnya Chef Slowik ini ingin menyampaikan kekesalan dan kemarahannya terhadap pelanggannya, namun dengan cara yang berseni. Dahulunya Chef Slowik hanya ingin menyajikan makanan-makanan yang penuh dengan kenikmatan dengan dibuat berdasarkan kecintaanya terhadap masakan.

Seiring berjalannya waktu restorannya pun terkenal dan dia juga semakin tertekan karena dituntut membuat makanan yang sangat sempurna dan perlahan-lahan restorannya pun dilabeli oleh kapitalis sebagai restoran mewah. Perlahan-lahan ia mulai kehilangan cintanya karena orang-orang mulai menganggap rerstorannya bagaikan barang mewah seperti Lamborgini, Rolex, Diamond bukan lagi resotran yang menyajiikan makanan yang nikmat. Melihat orang-orang yang datang kerestoran dengan berlandaskan gengsi dan kemewahan bukan lagi karena kenikmatan makanannya, Chef Slowik pun merasa depresi karena hasil karyanya tak lagi dihargai dengan benar dan merasa ia sudah gagal sebagai seniman.

Karena kekesalan itu, pada pertengahan makan malam tersebut Chef Slowik membunuh Sang Investor utama (Doug Verrick) dari restoran tersebut yang mana ia adalah orang yang pertama kali membuat restoran Chef Slowik menjadi restoran kapitalis. Chef Slowik sudah merasa gagal sebagai seniman dan terjebak diobsesinya dan membunuh semua pengunjung yang hadir kecuali Margot karena ia berhasil mengingatkan Slowik akan toxic obsession dengan mengingatkan akan esensi dari seorang chef, dia mengatakan Slowik tidak lagi memasak dengan cinta melainkan hanya obsesi.

Kemudian Margot melihat cela untuk menyelamatkan dirinya dari kekejian dengan meminta menu Cheeseburger tradisional dimana menu tersebut adalah salah satu masakan pertama yang pernah dibuat oleh Chef Slowik dikala masa mudanya, menu ini tidak sefancy dan artistik menu-menu lainnya, tetapi menu ini merefleksikan Chef Slowik akan kecintaanya terhadap memasak. Disaat akhirnya Cheeseburger tersaji di meja, Margot menghargai dan menikmati setiap gigitan dari Cheeseburger tersebut dengan penuh perasaan, Slowik sebagai seorang Chef merasa tugasnya sudah terpenuhi dan karyanya akhirnya dihormati oleh seseorang bukan karena sefancy dan artistik makanan tersebut melainkan seberapa orang tersebut bisa merasa kenyang dan senang menyantap makanan tersebut dan itulah yang di dambahkan oleh seorang chef. Akhirnya Slowik pun bisa dengan bahagia melihat Margot dan memperbolehkannya untuk meninggalkan restoran Hawhtron.

Singat cerita masuklah dipenyajian makanan dengan menu terakhir yakni S’more, adalah cemilan yang terkenal di Amerika yang biasanya dimakan dan dibuat saat kemping dengan dibakar diatas api unggun, S’more adalah makanan yang tidak sehat dan asal jadi namun berkesan baik dan tidak bersalah karena itu adalah makanan masa kecil. Secara satire semua pelanggan menyadari bahwa hidupnya selama ini itu sangatlah salah dan tidak benar namun mereka merasa benar dan tak bersalah seperti menu S’mure itu sendiri karna dibakar oleh api mereka semua akan disucikan. seperti marshmallow yang di bakar diatas api.

Film ini memberikan kritik dalam bentuk satire terhadap kultur kita dimasa kini, dimana semua orang terbiasa menjadi pengambil bukan menjadi seorang pemberi, seperti yang di isyaratkan oleh Chef slowik. Semua orang hanya terbiasa mengonsumsi, tidak pernah puas, tidak pernah menghargai dan tidak pernah menikmatik secara penuh. Hanya mengambil, mengambil dan mengambil tidak pernah memberi namun Margot memahami hal ini sehingga dia bisa menghargai cheeseburgernya Slowik.

Sama seperti manusia saat ini yang terus mengkritik, terus menjelekkan dan terus meminta atau menuntut hal yang lebih baik lagi dari segala macam banyaknya hal baik. Manusia sekarang bertindak seperti para konsumen yang sifatnya mengambil semua. Semuanya seperti tidak pernah menghargai dan tidak puas akan satu karya yang dibuat dengan jerih payah. Mereka menganggap bahwa seharusnya bisa lebih baik lagi dari ini, padahal dirinya sendiri pun tidak punya apapun yang bisa dibanggakan. Orang zaman sekarang lupa bahwa esensi dari suatu hal yang indah itu adalah untuk kita nikmati, itulah paling utama. Cukup menikmati dan menghargainnya, bukan untuk ditetapkan dengan uang dan disombongkan atau bahkan dicari cela dalam kelemahan bahkan keburukannya.

Redaktur: Sahrul Pahmi

 

 

redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *