262337_227330297296596_6566879_n
Bulan Purnama / Sumber: BissKey Parabola

      Purnama di bulan Agustus terang benar malam itu, meskipun belum sempurna betul. Pantai di Kota Majene yang indah dengan suara ombak serta cahaya bulan yang memantul dari air, membuat pesta ulang tahun Ayu menjadi begitu istimewa. Makanan yang berjejer di meja, serta kue ulang tahun berada di tengahnya membuat pesta itu sangat meriah. Suasana pantai Teluk Mandar, pesta dan purnama benar-benar menggambarkan romantisme khas Indonesia Timur.

            Beruntung benar menjadi Ayu malam ini, kata seorang temannya yang duduk didekat jendela agak jauh dari meja tempat kue ulang tahun. Dia memang sangat beruntung, tapi sayang air mukanya sangat aneh, dia tampak sedih rupanya, kata temannya yang lain sambil menikmati jus pesanannya.

            Sinar purnama melewati jendela rumah Cicci’ dan menimpa wajahnya. Tutup jendela dari rumah panggung yang rapuh itu terlepas, karena jendelanya sudah mulai rapuh dimakan rayap. Cicci’ terbangun dan kaget mendengar suara penutup jendela yang jatuh. Tapi ada yang aneh saat Cicci’ memandang suasana luar. Terang benar purnama itu, dia kagum melihatnya. Jarang sekali Cicci’ melihat momen seperti ini.

            Rumah Cicci’ yang berada dipinggir pantai disebuah desa bernama Somba membuat Cicci’ mengkhayalkan banyak hal. Salah satu khayalannya adalah membuat pesta ulang tahun di pinggir pantai pas samping rumahnya. Kebetulan malam itu adalah malam ulang tahun Cicci’. Cicci’ melihat banyak gadis sebayanya yang membuat pesta meriah saat mereka ulang tahun. Tapi sayang semua itu hanya mimpi, dan hal demikian membuat hati Cicci’ menjadi sangat sedih. Cicci’ memutuskan untuk tidur saja daripada berkhayal tentang hal yang tidak mungkin terjadi. Apa lagi Cicci’ besok harus berjualan untuk mencari sesuap makan.

            Hangat mentari dan hembusan angin kencang mengawali perjalanan Cicci’. Jalanan yang tidak teraspal dengan rumput tebal disetiap sisinya di lalui setiap hari dengan membawa barang dagangan. Depan sekolah SD di somba di bawah pohon asam Cicci’ membuka warungnya yang sederhana. Tapi atap warungnya rusak karena kerasnya angin kemarau yang menghembus. Sial benar nasib si Cicci’, warungnya yang sudah dia perbaiki dua minggu lalu harus rusak kembali.

            Matahari semakin meninggi, Ayu masih saja tertidur dalam kamar. Semalam pestanya begitu meriah, sampai-sampai pestanya berakhir sampai adzan subuh berkumandang. Jutaan rupiah Ayu habiskan untuk membuat pesta itu. Ayah dan ibunya memberikan uang kepada Ayu untuk membuat pesta yang meriah sesuka hati Ayu.

Ayah dan ibu Ayu sangat memanjakan anaknya, maklum orang tua Ayu hanya mempunyai satu anak. Ayah Ayu adalah seorang pejabat di Pemerintah Provinsi, sedangkan ibu Ayu adalah pengusaha Lipa’ Sabe’ Mandar yang cukup sukses. Mereka selalu memberikan apapun yang diinginkan anaknya, kecuali waktu untuk berkumpul bersama. Ayu terkadang begitu sedih dengan keadaan keluarganya, bahkan sangat sedih ketika pesta ulang tahunnya semalam tidak dihadiri oleh sang ayah. Ayah Ayu ada tugas keluar kota, sehingga tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun itu.

            Cicci’ hari itu harus cepat pulang, karena ayahnya sedang sakit keras. Ayah Cicci’ adalah seorang nelayan, setiap hari beliau pergi menangkap ikan terbang menggunakan perahu sandeq yang sudah cukup rapuh dimakan usia. Sandeq tersebut meskipun sudah mulai rapuh tapi masih sangat gagah perkasa mengarungi laut selat Makassar di teluk Mandar. Tapi hari itu dan hari-hari berikutnya ayah Cicci’ tidak akan pergi melaut lagi, karena sakit yang dideritanya semakin hari semakin parah saja. Ayah Cicci’ tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya uang untuk pergi berobat ke rumah sakit.

            Ibu Cicci’ juga sudah mulai tua dan sakit-sakitan, beliau tidak bisa mengurus suaminya sendirian. Di rumah juga tidak ada orang lain karena ibu Cicci’ hanya mempunyai satu anak saja. Dahulu Cicci’ punya adik laki-laki, tapi keburu meninggal saat masih berusia dua belas tahun. Adik Cicci’ meninggal karena sakit-sakitan dan orang tuanya tidak mampu untuk membiayai pengobatan adik Cicci’.

            Ayu terbangun di kamarnya yang berwarna pink dengan kasur yang empuk serta AC yang tidak pernah dimatikan. Hari sudah menjelang sore, Ayu menemukan dirinya di dalam rumah sedang sendirian. Hampir setiap hari keadaan rumahnya demikian. Ayu semakin muak dengan perilaku orang tuanya yang selalu tidak punya waktu untuk dirinya.

            Malam hari Ayu pergi bersama teman-temannya untuk nongkrong di suatu tempat. Di bawah bulan purnama, Ayu mencari hal yang mungkin saja dapat menghilangkan rasa sepinya di dalam rumah. Teman Ayu menawarkan untuk mengunjungi desa bernama Somba. Siapa tau Ayu dapat menghilangkan kesedihannya disana.

            Ayu dengan hati yang dipenuhi kegalauan mengiyakan saja ajakan temannya tersebut. Maka direncanakanlah besok pagi Ayu dan teman-temannya pergi ke Somba.

            Malam itu purnama belum sempurna, mungkin besok malam baru purnama tersebut mencapai kesempurnaanya. Cicci’ merawat ayahnya yang sakit-sakitan, sementara ibunya sedang mempersiapkan makanan untuk suaminya. Kalau begini keadaannya, Cicci’ harus selalu berada di rumah untuk menjaga kedua orang tua itu.

            Malam itu fikiran Cicci’ begitu keras, dia harus memikirkan kesehatan ayah dan ibunya, juga harus memikirkan biaya untuk makan mereka. Maklum Cicci’ sekarang adalah tulang punggung keluarga. Pada akhirnya Cicci’ memutuskan untuk membawa orang tuanya ke warung. Selain dapat berdagang, Cicci’ juga dapat menjaga kedua orang tua itu.

            Pagi benar Ayu keluar dari rumahnya. Teman-teman Ayu sudah menunggu di luar rumah. Mereka akhirnya berangkat menuju Somba berharap ada suasana membahagiakan di sana. Ayu mengendarai mobil mewah hadiah ulang tahun dari ayahnya. Ayu menyetir sambil memutar musik yang keras dan menyanyi bersama teman-temannya.

            Tidak lama Ayu serta teman-temannya sampai di Somba. Mereka langsung mengelilingi tempat tersebut. Mereka mengunjungi satu per satu tempat wisata yang terdapat di tempat itu. Senang benar hati Ayu mengunjunginya.

Di perjalanan kembali ke kota, Ayu membeli cemilan disebuah warung kecil. Ayu melihat penjual tersebut sedang bersama dan bercengkrama dengan asiknya dengan dua orang yang kayaknya orang tua dari penjual itu. Ayu kembali bersedih, mengingat suasana tersebut jarang sekali dialami Ayu. Ayu pun pulang kembali ke Kota dengan membawa perasaan sedihnya.

            Cicci’ berjalan membawa barang dagangan bersama Ayah dan Ibunya menuju warung. Hari itu Ayah harus menggunakan tongkat untuk berjalan, sedangkan ibunya menggandeng tangan ayah. Sesampainya di warung, Cicci’ membuka warung dan memajang barang dagangannya. Ayah dan ibunya berbaring di dalam warung itu.

            Hari telah siang, namun pembeli kurang hari itu. Sambil menunggu pelanggan, mereka bertiga saling bercerita berbagai hal dan diiringi canda tawa. Ribut benar warung itu, sampai datang pembeli dengan mengendarai sebuah mobil mewah. Dari mobil mewah tersebut, turun seorang wanita cantik untuk membeli makanan ringan. Cicci’ melihat wanita itu, dan berkata dalam hati bahwa beruntung betul wanita ini, seandainya dia memiliki banyak uang seperti wanita ini, pasti dia dapat mengobati ayah ibunya dan akan hidup dengan layak serta dapat membuat pesta ulang tahun yang mewah. Hal itu membuat hatinya terluka kembali, mengingat hal itu tidak mungkin terjadi.

            Malam itu purnama telah sempurna, sinarnya menerangi bumi. Di langit tidak terlihat awan yang akan menutupi sinar bulan. Ayu pergi ke pantai, memandangi purnama dan berkata dalam hati bahwa seandainya dia adalah penjual makanan ringan tadi, dia pasti bahagia karena bisa selalu bersama ayah dan ibunya. Hatinyapun kembali terluka.

            Sedangkan Cicci’ memandangi sinar bulan yang melewati jendela rumahnya. Sinar itu sedikit menyilaukan. Sambil memandang bulan, Cicci’ merenung dan mengharapkan ada keajaiban sehingga kehidupannya sekarang tiba-tiba berubah seperti kehidupan wanita yang ditemuinya tadi. Tapi keajaiban tersebut tidak akan pernah datang,  hati Cicci’ juga kembali bersedih.

            “Ah, tidak tau syukur betul dua orang ini. Mereka telah menerima hal yang bisa saja orang lain sangat menginginkan hal itu, namun orang lain tersebut tidak dapat memilikinya. Mereka bisa saja mendapatkan bahagia asalkan mereka pandai bersyukur.

Penulis: Mulya Sarmono
Red: Hr

15 thoughts on “Cerpen: Purnama di Bulan Agustus

  1. Good day! I know this is kinda off topic but I was wondering which blog platform are
    you using for this website? I’m getting sick and tired of
    Wordpress because I’ve had problems with hackers and I’m looking at options for another platform.
    I would be great if you could point me in the direction of a good platform.

  2. It is perfect time to make some plans for the future and it’s time to be happy.
    I have read this post and if I could I want to suggest you few interesting
    things or suggestions. Maybe you can write next articles referring to this
    article. I wish to read even more things about it!

  3. Hi there this is kinda of off topic but I was wanting to know if blogs
    use WYSIWYG editors or if you have to manually code with
    HTML. I’m starting a blog soon but have no coding expertise so I wanted to get advice from someone with experience.
    Any help would be greatly appreciated!

  4. Hi my friend! I want to say that this post is
    awesome, great written and come with approximately all significant infos.
    I’d like to see more posts like this .

  5. Please let me know if you’re looking for a writer for your weblog.
    You have some really good articles and I feel I would be a good asset.
    If you ever want to take some of the load off, I’d love
    to write some material for your blog in exchange for a link back to mine.
    Please shoot me an e-mail if interested. Kudos!

  6. It’s awesome to pay a visit this web site and reading
    the views of all mates concerning this piece of writing, while I am also zealous of getting know-how.

  7. After checking out a handful of the blog articles on your site, I truly like your technique of writing a blog.

    I book marked it to my bookmark site list
    and will be checking back in the near future.
    Please visit my website too and let me know what you think.

  8. It’s a pity you don’t have a donate button! I’d most
    certainly donate to this brilliant blog! I suppose for now i’ll settle for bookmarking and adding your RSS feed to my Google account.
    I look forward to brand new updates and will share this site with
    my Facebook group. Chat soon!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *